Langsung ke konten utama

drama part I

siang itu disebuah restoran fast food, Djakarta pusat....

perempuan itu duduk sambil sesekali mengduk minumannya yang tinggal menyisakan es batu di dalamnya.
sama seperti perasaannya siang itu. Campur aduk.

di hadapannya ada seorang sahabat yang menggunakan kacamata tebal  hnya duduk sambil memainkan tab-nya.
sambil ia menyedot minumannya ia pun menutup gadgetnya lalu bertanya pada perempuan itu..

"jadi gimana mal?"

"kamu mau cerita apa?"

perempuan itu hanya diam..
lalu berkata...

"sepertinya emang harus diakhiri, ong"
"batas toleransiku udah sampai pada ujungnya"
"udah mati rasa, kalau dibilang"

lalu sahabat perempuan itu bertanya lagi.
"kamu udh bilang mau udahan sama dia?"

"udah, ong"
"rasanya kalau udh begini aku udah kehilangan harga diri ku sendiri ong"
"aku sendiri yang tiap malem ngarep bisa ngobrol banyak. Menunggu dia sejam-dua jam untuk mandi sama makan terus ngobrol lama, ternyata cuma bis 15-20 menit waktunya."
"aku tau ong dia pasti lelah. tapi......"

lidah perempuan itu kembali kelu.
"percuma ong, ada ataupun tidak ada dia aku tetap aja sendiri. Kemana dia saat aku butuh? kemana dia saat aku ingin ditemani?"
"aku salah ong ngarepin orang yang KATANYA serius itu?"

keong hnya menatapku prihatin..

"aku ga minta materi kok ong, beneran deh. Aku ga pernah minta apapun barang bernilai"
"aku cuma ingin waktu dia aja"
"kayaknya dulu dia pernah ngomong kalo dia bisa dia mau nemenin aku nyebar angket hari sabtu"

perempuan itu menelan ludahnya sendiri, getir.
matanya sudah berkaca kaca.
keong memberinya sebuah tisu
"udah mal.. jangan nangis..."

 "ternyata apa?"
"dia malah milih naik gunung. emang ternyata dia ga pernah mau kan buat sekedar nemenin aku"
"yang sepele kayak gitu aja dia ga mau ong, apalagi nanti yang butuh perhatian ekstra"

keong lagi lagi hanya menatapnya sedih..

"selama ini emng dia ga ngitungin juga aku keluar rumah cuma buat ketemu dia harus bohong dulu"
"aku ga pernah bilang ,ong sama orang tua kalau sempet ketemu dia di luar. Dan ketika mengantarku pulangpun selalu dipinggir jalan sekarang. Dimana harga diri lo kalau gitu ong?"

"iya, bener mal."

"sedangkan dia ngelarang ngelarang aku buat ketemu sama temen cowok aku ong, dan aku pun terpaksa negur temenku yang itu. tapi sempet dalem juga loh temenku itu bilang "nces, kita temenan baik baik loh"


keong hanya diam dan mengusap pundakku, tanda prihatin.

dirumah...

*bbm alert*

keong : if i were you, i will break up. then move on. so, i can open the book then"
emang sih, teori ga semudah prktek. 
aku harap sih kamu mikir lagi aja dulu, pertimbangkan lagi mateng mateng. harus siap kondisi apapun,
inget ya mal, ayam KFC aja ad harganya loh. 
:p

perempuan itu hanya tersenyum kecil lalu mulai mengetik balasannya...


to be continued....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 3 - A Memory

Ku berjalan di pinggir trotoar sebuah kawasan megah di Jakarta, menunggu mu menjemputku untuk pulang bersama, Kamu tahu, itu pertama kali kita menjalin hubungan diam diam. Kamu masih bersama dia dan hubunganmu yang bermasalah. Dan aku, sendiri. Lamban laun, kamu menyelesaikan hubungan itu dan menjalani hubungan dengan ku tanpa harus diam diam lagi, orang orang kantor pun tahu. Aku tahu, resiko ku saat itu sangat besar, mengambil seseorang yang bukan milikku. Tapi saat itu, dengan segala usaha yang kamu lakukan, berhasil meluluhkan hati seorang nourmalita zianisa. Aku juga teringat, betapa aku masih egois untuk bergantung sama kamu, semuanya harus sama kamu. Survey kost2an saat itu, kondangan, apapun, padahal aku tahu, bergantung itu tidak baik, dan terbukti saat ini, waktupun belum bisa menyembuhkan atau melupakan semua kenangan itu. Karena belum ada kenanga lainnya yang akan menimpaya. Ditambah, kamu yang setiap minggu menjemputku ketika kita mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Yan...

Manusia terbaik yang pernah kumiliki

Juli, tahun 2016..                  Kamu membawaku ke sebuah kedai kopi di pinggir jalanan pasar minggu. Setelah pulang kantor di hari itu, kamu menjemputku di halte yang tidak jauh dari kantor, bersembunyi demi menjaga hati yang saat itu masih kamu jaga.   "Mau pesan apa?" tanyamu. Sembari melipat jaket merahmu yang super tebal itu. Aku hapal banget jaket merah itu, jaket yang selalu kamu gunakan ketika kamu on duty .   "Hmm, hazelnut deh coba, es yah. Aku lagi enggak mau begadang malam ini. Mau yang ringan ringan aja." kataku, menjelaskan.   Tidak lama setelah itu, kamu pun memesan minuman kopi untuk   berdua kepada barista yang ada di situ sekaligus membayarnya. Lalu kembali ke tempat kita duduk, di sisi pojok menuju pintu keluar kedai itu.   "Jadi kamu mau ngomongin apa?" tanyaku. Sambil memasang muka sejutek-juteknya. "Jangan jutek gitu dooong ndut , kamu makin ...

more than this

I’m broken, do you hear me? I’m blinded, ‘cause you are everything I see, I’m dancin’ alone, I’m praying, That your heart will just turn around, And as I walk up to your door, My head turns to face the floor, ‘Cause I can’t look you in the eyes and say, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, Can love you more than this If I’m louder, would you see me? Would you lay down In my arms and rescue me? ‘Cause we are the same You save me, When you leave it’s gone again, And then I see you on the street, In his arms, I get weak, My body fails, I’m on my knees, Prayin’, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than thi...