Ku berjalan di pinggir trotoar sebuah kawasan megah di Jakarta, menunggu mu menjemputku untuk pulang bersama, Kamu tahu, itu pertama kali kita menjalin hubungan diam diam.
Kamu masih bersama dia dan hubunganmu yang bermasalah. Dan aku, sendiri.
Lamban laun, kamu menyelesaikan hubungan itu dan menjalani hubungan dengan ku tanpa harus diam diam lagi, orang orang kantor pun tahu. Aku tahu, resiko ku saat itu sangat besar, mengambil seseorang yang bukan milikku. Tapi saat itu, dengan segala usaha yang kamu lakukan, berhasil meluluhkan hati seorang nourmalita zianisa.
Aku juga teringat, betapa aku masih egois untuk bergantung sama kamu, semuanya harus sama kamu. Survey kost2an saat itu, kondangan, apapun, padahal aku tahu, bergantung itu tidak baik, dan terbukti saat ini, waktupun belum bisa menyembuhkan atau melupakan semua kenangan itu. Karena belum ada kenanga lainnya yang akan menimpaya.
Ditambah, kamu yang setiap minggu menjemputku ketika kita mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Yang biasa ketemu setiap hari, sekarang hanya di weekend. Melepas rindu dengan sekedar berpelukan erat dan lamaaaaaa sekali ketika kita mau pulang. Mau taruhan? Aku masih mengingat wangi aroma tubuhmu hingga saat ini.
Bagiku, memori atau kenangan itu yang membuatku bahagia, kalau yang kuingat malah membuatku sedih atau sakit itu namanya trauma.
Mau tau kenangan yang membuatku masih enggak bisa memaafkan orang itu hingga saaat ini?
Ketika seorang Ibu, memanggilku pelacur, Saat aku tidak bersalah apa apa, hanya sekedar membela diriku sendiri karena aku mau membuktikan semua yang dituduhkannya itu salah. Beliau mendorongku ke tembok hingga mengatakan hal itu padaku, anak gadisnya. Yang melakukan segalanya untuk beliau tersenyum, yang diteriaki makian malam malam untuk mengusir kami semua (ayah, aku dan kedua adikku) karena saat itu aku benar benar tidak tahan dengan omongan kasarnya.
Maaf ma, aku harus menumpahkan disini, karena kelak suatu saat ketika aku sudah bisa menyembuhkan diriku dari luka batinku selama ini, kenangan ini akan jadi pelajaran yang sangat berharga,
Tentang menjadi seorang Ibu yang menjaga perkataannya dan perlakuannya, seorang istri yang patuh dan hormat pada suaminya, dan seorang istri yang setia pada suaminya.
Yang mungkin, engga pernah kudapatkan sosok itu selama ini.
Kembali lagi pada masa sekarang, ku duduk depan laptop. Dengan segelas air putih dan sebutir panadol merah, mencoba mengingat kembali kenangan yang berkesan atau trauma yang belum sembuh. Hingga kantuk itu datang kembali dan aku, memutuskan untuk menyudahi tulisan ini.
#pukpuk..
BalasHapusHihihi
Hapus