Langsung ke konten utama

A Person.


Saya kenal sosok ini kurang lebih satu tahun lalu, di menjelang akhir 2015 lalu.
Ketika itu dia dan temannya mendatangi tempat saya untuk mengambil formulir cuti yang memang disediakan di tempat saya.

Iseng.

Modus awal yah, ngobrol kayak biasa. Kemudian tukeran akun socmed dan nomor handphone yang ternyata kelanjutannya menjadi panjang. Saat itu, saya sedang mengalami patah hati, kecewanya di duakan. Yah, saya juga heran sih, kenapa bisa suka sama orang kayak gitu. 

Ternyata enggak menjamin juga kalau pendidikan tinggi, attitude juga baik. 
Ada beberapa orang seperti itu, mantan saya salah satunya. 
Bukan mantan juga sih, Sempet deket aja :)))))

Ya...balik lagi ke sosok ini.
Karena kebetulan saya saat itu sendiri, ya saya ladeni aja sebagai teman ngobrol. Lumayan kan, jadi enggak berasa abis diduain sama orang. Kemudian berlanjut ke sesi curhat curhatan. 
Sebelumnya juga karena kontrak kerja doi udah habis jadi sering berhubungan gitu karena buat tanda tangan pengangkatan karyawan tetap gitu.

Eeea..

Kemudian berlanjut. Jadi sering ngobrol dan chatting. Tanpa berharap apa apa. Karena jujur, waktu itu yang mendekat ada lagi. Jadi ya biasa aja, tadinya.
Yang saya tahu, sosok ini sedang bermasalah sama pacarnya. Saya juga lupa apakah waktu itu mereka sudah putus atau belum ketika mendekati saya saat itu. 

Sosok ini, laki laki pertama yang mungkin bisa secare itu sama saya.
Juga sosok pertama yang mau bela belain nganterin saya ke dokter, pulang dan jemput saya di kantor ketika saya sakit. Meskipun saat itu saya berada di titik yang menyedihkan sih, hubungan diam diam di kantor. Ketemuan di titik yang agak jauh.

Bodoh ? Iya saya bodoh.

Saya, adalah perempuan yang paling bodoh dan menyedihkan saat itu. 
Ketika waktu bergulir.. awal tahun 2016 saya mulai menaruh "rasa" ke sosok ini..

Ternyata blar! 
Semuanya ketahuan dan dibuka sebuka bukanya. Ternyata sosok ini  berhubungan dengan saya, masih menjalin hubungan dengan pacarnya.

Siapa perempuan yang enggak sakit hati?

Kalau ada teori yang mengatakan fase patah hati terberat itu di usia 20 an itu benar adanya. Disitu saya sadar sesadarnya ketika posisi saya itu di antara dua orang yang sudah menjalin hubungan sekian tahun. 

Tadinya sih mau move on. Salah, harusnya Move Up. 

Saya belajar ikhlas. Belajar buat nerima. 

Eh ternyata selang waktu sekian bulan...  dimana saya masih labil antara masih meladeni atau mendiamkan sosok ini, sosok ini mencoba mendekat kembali. Segala macam cara. Segala macam cara juga saya terus mencari tahu tentang sosok ini (tentang apa yang dia lakukan di belakang) buat agar saya benci.

Sebenci-bencinya,

Fase selanjutnya. 

Fase dimana saya memanfaatkan kebaikannya sebagai teman. Saya tidak akan terjebak untuk kedua kalinya. Begitu pikir saya waktu itu. Pada akhirnya momen nya saya lupa. Saat ini kami, saya dan sosok ini menjalani hubungan yang menurut saya, sangat amat sulit.

Karena jujur, ini pertaruhan yang sangat besar untuk kepercayaan saya bisa utuh kembali. Tapi ketika dia melibatkan  keluarga saya dalam hubungan ini,  memberanikan diri untuk membawa saya ke keluarganya. Menunjukan keseriusannya. Saya salut sih.

Disitu point-nya sosok ini menurut saya. Ketika yang sebelum sebelumnya begitu digertak Ibu saya, sosok ini tambeng. Dia hadapi. Dia luar biasaaak :3

Tuhan saja Maha Pemaaf kan, mengapa manusia tidak? Saya ingat kata kata ini sih. Ketika ada manusia yang benar benar menunjukan kesungguhanna buat berubah kenapa tidak.

Meskipun saya dibilang sebagai perempuan bodoh seantero kantor, ya saya terima.
Meskipun saya tahu dia pernah mendekati perempuan lain di kantor sebelum saya, oke baiklah.
Meskipun saya tahu bgitu banyak omongan omongan tentang sosok ini di kuping saya, belajar buat nutup kuping dan konfirmasi langsung sepertinya jauh lebih baik.
Meskipun saya tahu, dia dan kekurangannya seperti apa. Jauh dari kriteria yang saya inginkan.

Tapi yang diinginkan belum tentu yang dibutuhkan kan?

Saya butuh sosok ini buat menyabari saya, se-apapun kondisi saya.
Saya butuh sosok ini buat menemani saya belajar jadi perempuan yang jauh lebih dewasa. 
Saya butuh sosok ini, yang bisa menghargai saya.
Yang jelas, saya butuh sosok ini buat  sama sama menertawakan hidup ketika kondisi sulit menerpa.

Yang dibutuhkan sudah pasti diinginkan.


Tinggal butuh pembuktian dari kamu :)
Semoga niat baik kita, kamu dan aku diaminkan oleh semesta yaa :)

Sosok ini :)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Event : JUMPA CALON PEMIMPIN JAKARTA 2017

Yeaaay, Event pertama kelar. Dan lanjut ke event selanjutnya. Yah, karena saya bekerja di stasiun televisi lokal yang lebih banyak acara yang bersifat news, event ini tidak jauh - jauh dari event politik,eh tapi enggak ada politik-politiknya sama sekali sih. Enggak ada kampanya, enggak ada debat. Event ini lebih kepada pengenalan lebih kepada calon pemimpin DKI Jakarta 2017 nanti dan peresmian stasiun tv kami sebagai stasiun resmi pilkada DKI dari KPU. Dan saya bekerja di dalamnya. Sedikit bangga. Event ini dinamakan... JUMPA CALON PEMIMPIN JAKARTA 2017 Bentuk undangan yang kami sebar. Pemilihan panitianya enggak ada sama sekali dilibatkan. Tahu-tahunya nama saya ada di dalam susunan LO atau Liasion Officer bareng Dian, Mas Eko dan Aisyah. Dasar Pak Okie.. Mana saya tahu kan liasion officer itu apaaaaa dan tibatiba dicemplungin gitu aja.Ternyata setelah saya baca baca lagi, LO itu penghubung antara pihak yang diundang dengan penyelenggara acara. Setelah prakteknya

Kisah Sepasang Suami Istri dan Kapal Pesial

Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami isti berlari menuju sekoci untuk menyelamatkan diri. Sampai disana, mereka menyadari bahwa hanya ada satu tempat yang tersisa. Segera sang suami melompat mendahului istrinya untuk mendapatkan tempat itu. Sang istri hanya bisa menatap kepadanya sambil meneriakan sebuah kalimat. Sebelum sekoci itu menjauh dan kapal itu benar-benar tenggelam. Guru yang menceritakan kisah ini bertanya pada murid-muridnya, “ Menurut kalian, apa yang diteriakkan sang istri?” Sebagian besar murid-murid itu menjawab, “ Aku benci kamu!”, “Kamu egois!”, atau “Tidak tahu malu!” Tapi kemudian guru tersebut menyadari ada seorang murid yang diam saja. Guru itu meminta murid yang diam itu menjawab. Dan ternyata jawabannya diluar apa yang murid lain pikirkan. Murid tersebut menjawab: “Guru, saya yakin si istri pasti berteriak,’Tolong jaga anak kita baik-baik”. Guru itu terkejut dan bertanya, “Apa kamu pernah mendeng

ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400

  Asus. Hem, pertama kali denger di telinga apa sih yang nyantol di kepala kalian? Honestly, kalo gue langsung kepikiran "brand yang tahan banting" sih. Bukan apa apa, sejarah handphone gue dengan merk tersebut bener bener membuktikan hal itu.  Saat itu, hp gue b ener-bener lompat dan terjatuh dari motor pas jalan, dan masih baik baik aja. Akhirnya mati total ya karena kecemplung di air. Sedih gue tuh.. Eh, kita skip deh ya curcolnya. Yang mau gue bahas di sini itu adalah tentang laptopnya . Dari brand yang sama, Asus.   ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400   Well, produk ini adalah produk terbaik asus untuk di kelasnya. Pada sadar kan? Bahwa semenjak pandemi dan semenjak menjamurnya kehidupan WFA ataupun hybrid system di kalangan akademisi ataupun karyawan perkantoran, kebutuhan akan laptop dengan daily driver yang bertenaga itu tumbuh secara significant?   Dan ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400 bisa jadi adalah jawaban untuk kebutuhan itu sendiri.   Hadir