Langsung ke konten utama

sebuah tulisan lama



Tentang sebuah sepatu..

Awalnya aku membeli sebuah sepatu yang digunakan hanya untuk pesta.

            Warnanya yang bagus membuatku tertarik. 
Selain itu harganyapun tidak terlalu mahal.
 Ketika dicoba pun kaki langsung nyaman dan aku mengatakan “iya, aku mau membeli sepatu ini”
Nyokap Cuma bisa pasrah walaupun beliau menyarankan pilihan lain agar aku membeli yang lain, aku malah membeli sepatu pilihanku..

Karena saking sayangnya dengan sepatu itu aku dirumah tidak langsung menyobanya kembali.
Hanya pamer pada adik adikku kalau aku memiliki sepatu baru.
Aku menyimpan sepatu itu dengan rapi di kotaknya dari awal membeli.

Lalu tibalah menjelang hari H...

Ketika aku akan menggunakannya untuk pertama kalinya..
Malamnya aku mencoba, duh ternyata masih terlalu kegedean.
Dan telapak kakiku berkali kali merosot ke bagian depan..
Duh, gimana ya ini pikirku..
Belum lagi aku harus menggunakan kaos kaki buat menutupi telapak kaki.

Ternyata benar, setelah menggunakan kaos kaki lebih licin
Dan berkali kali aku harus membenarkan agar nyaman, tapi tetap tidak bisa...

Akhirnya ya dengan sedikit menyesal aku tetap memakai sepatu itu ke sebuah pesta dengan kondisi yang tidak nyaman sama sekali.

Part      II

Masih masalah sepatu..
Karena kupikir sepatu yang kemarin itu tidak mendukung kegiatanku sama sekali, akhirnya aku memutuskan untuk membeli kembali.
Dan aku pikir kali ini harus benar benar dicoba dulu agar yakin dan tidak menyesal...
Akhirnya dengan budget yang dibawah sepatu kemarin aku pergi lagi mencari sepatu..

Kebetulan ditempat yang aku beli sekarang ternyata lagi banyak promosi dan banyak pilihan sepatunya..
Beberapa kali muter muter..
Mencari yang pas, yang sesuai dengan warna baju.
Sesuai dengan kondisi..
Akhirnya aku memutukan untuk mencoba beberapa pilihan.
Dan mencoba satu per satu di depan kaca..

Dan sepatu itulah yang aku pilih..
Dalam hati aku berkata “walaupun tidak semahal sepatu kemarin tapi aku harap kali ini akan awet ya. Barang setengah tahun...”
Dan iya...
Sepatuku kali ini awet sampai sekarang
Sudah terhitung lima bulan dari tanggal pembelian..
Ke kampus, ke tempat kerja, kentjan, belanja...
Kemana mana selalu sama sepatu yang ini...
Karena udah nyaman :))

Dan aku pikir hal ini sama aja kayak sebuah hubungan yang dijalani..
Titik nyaman atau tidak nyaman itulah yang dicari.
Ketika kita menemukan kenyamanan pada suatu hal, tentu saja itu membuat kita merasa betah dan kerasan untuk tetap stay di sana.

Berkali kali mungkin kita harus berganti sosok.
Berkali kali juga mungkin kita harus menelah pil pahit yang datang bersama perpisahan.
Atau berkali kali juga harus merasakan frustasi karena tidak adanya pilihan yang cocok.

Tapi aku rasa itu semua hanya soal  waktu.
Ketika waktunya sudah dirasa tepat ya sosok itu akan datang.
Tidak usah terburu buru dan terlalu merencanakan masa depan dengan orang yang sebenarnya masih lo sangsikan kebahagiaan lo sama dia di depannya.

Benar, bahagia itu pribadi yang menentukan.
Tapi ada sebagian persen dari bahagia itu diberikan, disumbangkan oleh orang lain.

Lo bahagia ga bisa ciuman sama orang lain ?
Bahagia kan?
Sekarang kalo lo mau bahagia lo cium diri lo sendiri?
Bisa ? enggak.
Yang ada lo dibilang gila.

Mungkin ketika umur masih belasan tahun yang dilihat dari cowok atau cewek yang cocok buat jadi pasangan kita adalah yang ganteng, tajir, pinter, gaul, jago olahraga dan lain lain.

Ketika memasuki usia kepala dua tentu aja kita mikir buat mencari sosok pasangan hidup. Ga Cuma berpacaran.
Sekali seumur hidup. Sampai mati.
Ngerasain susah seneng bareng. Nangis bareng, bahagia bareng.
Ngebesarin anak bareng bareng. Kemana mana bareng.

Lalu apa?
Apa iya kita bisa bareng sama orang yang jelas jelas banyak banget bedanya dari awal?
Apa iya kita bisa bareng sama orang yang kita anggap dia mengurung kebebasan kita walaupun dimatanya dia enggak?
Dan ga mau berjuang?
Yang kadang suka meremehkan orang lain, bahkan pasangannya?

Mungkin bisa aja ya, semua butuh waktu.
Tapi apa bisa kalian menjalani hubungan tanpa restu orang tua?

Terdengarnya geli emang.
Masih ada ya kayak gitu ?
Orang tuanya terlalu gimana gitu ya?

Tapi biasanya prediksi orang tua sering tepat...
Harusnya hubungan ini udah berakhir sebulan lalu. Cuma karena kita masih sama ngerasa masih bisa diperjuangkan aku bertahan.
Cuma untuk sampai ke depannya sepertinya harus menyerah.

Kecuali emang waktu yang akan membuktikan kita bisa bareng.

 *tulisan ini disimpan sebagai draft beberapa waktu yang lalu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 3 - A Memory

Ku berjalan di pinggir trotoar sebuah kawasan megah di Jakarta, menunggu mu menjemputku untuk pulang bersama, Kamu tahu, itu pertama kali kita menjalin hubungan diam diam. Kamu masih bersama dia dan hubunganmu yang bermasalah. Dan aku, sendiri. Lamban laun, kamu menyelesaikan hubungan itu dan menjalani hubungan dengan ku tanpa harus diam diam lagi, orang orang kantor pun tahu. Aku tahu, resiko ku saat itu sangat besar, mengambil seseorang yang bukan milikku. Tapi saat itu, dengan segala usaha yang kamu lakukan, berhasil meluluhkan hati seorang nourmalita zianisa. Aku juga teringat, betapa aku masih egois untuk bergantung sama kamu, semuanya harus sama kamu. Survey kost2an saat itu, kondangan, apapun, padahal aku tahu, bergantung itu tidak baik, dan terbukti saat ini, waktupun belum bisa menyembuhkan atau melupakan semua kenangan itu. Karena belum ada kenanga lainnya yang akan menimpaya. Ditambah, kamu yang setiap minggu menjemputku ketika kita mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Yan...

Manusia terbaik yang pernah kumiliki

Juli, tahun 2016..                  Kamu membawaku ke sebuah kedai kopi di pinggir jalanan pasar minggu. Setelah pulang kantor di hari itu, kamu menjemputku di halte yang tidak jauh dari kantor, bersembunyi demi menjaga hati yang saat itu masih kamu jaga.   "Mau pesan apa?" tanyamu. Sembari melipat jaket merahmu yang super tebal itu. Aku hapal banget jaket merah itu, jaket yang selalu kamu gunakan ketika kamu on duty .   "Hmm, hazelnut deh coba, es yah. Aku lagi enggak mau begadang malam ini. Mau yang ringan ringan aja." kataku, menjelaskan.   Tidak lama setelah itu, kamu pun memesan minuman kopi untuk   berdua kepada barista yang ada di situ sekaligus membayarnya. Lalu kembali ke tempat kita duduk, di sisi pojok menuju pintu keluar kedai itu.   "Jadi kamu mau ngomongin apa?" tanyaku. Sambil memasang muka sejutek-juteknya. "Jangan jutek gitu dooong ndut , kamu makin ...

more than this

I’m broken, do you hear me? I’m blinded, ‘cause you are everything I see, I’m dancin’ alone, I’m praying, That your heart will just turn around, And as I walk up to your door, My head turns to face the floor, ‘Cause I can’t look you in the eyes and say, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, Can love you more than this If I’m louder, would you see me? Would you lay down In my arms and rescue me? ‘Cause we are the same You save me, When you leave it’s gone again, And then I see you on the street, In his arms, I get weak, My body fails, I’m on my knees, Prayin’, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than thi...