Langsung ke konten utama

sebuah warung kehidupan :)




Sebuah usaha kecil..


Ketika itu, saya dan adik saya yang laki laki masih sangat kecil.
Saya berusia kurang lebih 10 tahun dan adik saya berumur tujuh tahun..

Saya kurang tau kapan tepatnya, yang jelas saat itu ayah sedang tidak bekerja dan kehidupan ekonomi kami hanya ditumpang oleh uang pensiun almarhumah oma.. 
Dan saat itu saya dan adik saya menikmati kegiatan kami sehari hari ; berbelanja beras berkarung-karung di sebuah pasar beras terbesar di Jakarta waktu itu..
 
Tiap belanja kami selalu diajak oleh ayah.
Pulang naik bajaj dengan beras di dalamnya..
Saya dan adik duduk di atas beras waktu itu..
Tiap hari melayani para tetangga yang datang membeli, ataupun sekedar mengepak ngepak gula dan apapun itu namanya di saat ayah kami mengantarkan pesanan ke rumah rumah tetangga waktu itu..
Lalu pada akhirnya saya tahu bahwa modal yang digunakan ayah dan ibu untuk membeli etalase dan barang barang lainnya ternyata berasal dari seorang reternir.
Ibu dan ayah waktu itu pernah dibentak bentak karena belum mampu mencicil..
Dan saya melihatnya, sedih sekali waktu itu..
Dan saat itu berjalan hingga dua tahun lamanya sampai ayah mendapat kerjaan baru..

Tahun 2014.


Ibuku nekat, beliau ingin sekali mendirikan usaha seperti itu kembali.
Saat ini, bedanya adalah keadaan ekonomi keluarga sudah mulai stabil.

Ayah sudah keluar kembali dr tempat kerjanya waktu itu dan mulai berwirausaha di bidang forwarding. Dan alhamdulillah ada orang yang membantunya meminjamkan modal dengan sistem bagi hasil sampai sekarang..
Ibuku nekat. Dia ingin membantu ayah katanya..
Seenggaknya untuk membeli kebutuhannya sendiri, begitu..

Awalnya aku ndak setuju, karena banyak hal yang dipertimbangkan..
Adikku yang laki laki masuk bimbel.. dan itu engga murah.
Belum lagi cicilan motor adikku juga..
Bayaran kuliahku yang masih nunggu sidang..

Hmm..
Namanya passionnya emang disana kali ya.
Akhirnya modalnya dari ayah.
Dan alhamdulillah saat ini toko nya sudah berdiri dua minggu dan beras sudah habis 100 kg :D

Enaknya jadi pengusaha gitu ya..
Kerja dirumah, hasilan dapet. Hihi
Senggaknya ayahku juga sebenernya bisa perusahaannya di rumah aja.
Cuma kondisinya ga memungkinkan..

Tapi bakat orang tua buat berwirausaha kayaknya ga buat saya..
Entah kenapa saya lebih menyukai sesuatu yang terikat, bukan yang bebas.
Saya bekerja, bukan saya memperkerjakan.
Saya diatur, bukan saya mengatur..
Saya mendapat penghasilan rutin dan pasti setiap bulan menjadi alesan utama sih kenapa saya memilih bekerja dibandingkan berusaha.

Tapi ada satu titik dimana saya terbesit untuk membuka praktik sendiri nantinya (Aamiin...)
Syaratnya ya kuliah dulu sampai mendapatkan gelar profesi lalu bekerja di perusahan -perusahaan sembari menabung lalu ketika izin sudah didapat baru mungkin saya buka praktik dirumah.
Mungkin saat itu terjadi ketika saya sudah berumah tangga dan mengurus anak anak..

Entahlah, saya hanya bermimpi saat itu saya masih diberi kesehatan dan umur panjang. Jodoh urusan Tuhan..
Yang jelas untuk saat ini ketika teman teman seusia sudah ada yang memutuskan menikah rasanya saya tidak heran.

Mereka sudah dewasa
Dan saya belum..
Hehe...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 3 - A Memory

Ku berjalan di pinggir trotoar sebuah kawasan megah di Jakarta, menunggu mu menjemputku untuk pulang bersama, Kamu tahu, itu pertama kali kita menjalin hubungan diam diam. Kamu masih bersama dia dan hubunganmu yang bermasalah. Dan aku, sendiri. Lamban laun, kamu menyelesaikan hubungan itu dan menjalani hubungan dengan ku tanpa harus diam diam lagi, orang orang kantor pun tahu. Aku tahu, resiko ku saat itu sangat besar, mengambil seseorang yang bukan milikku. Tapi saat itu, dengan segala usaha yang kamu lakukan, berhasil meluluhkan hati seorang nourmalita zianisa. Aku juga teringat, betapa aku masih egois untuk bergantung sama kamu, semuanya harus sama kamu. Survey kost2an saat itu, kondangan, apapun, padahal aku tahu, bergantung itu tidak baik, dan terbukti saat ini, waktupun belum bisa menyembuhkan atau melupakan semua kenangan itu. Karena belum ada kenanga lainnya yang akan menimpaya. Ditambah, kamu yang setiap minggu menjemputku ketika kita mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Yan...

ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400

  Asus. Hem, pertama kali denger di telinga apa sih yang nyantol di kepala kalian? Honestly, kalo gue langsung kepikiran "brand yang tahan banting" sih. Bukan apa apa, sejarah handphone gue dengan merk tersebut bener bener membuktikan hal itu.  Saat itu, hp gue b ener-bener lompat dan terjatuh dari motor pas jalan, dan masih baik baik aja. Akhirnya mati total ya karena kecemplung di air. Sedih gue tuh.. Eh, kita skip deh ya curcolnya. Yang mau gue bahas di sini itu adalah tentang laptopnya . Dari brand yang sama, Asus.   ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400   Well, produk ini adalah produk terbaik asus untuk di kelasnya. Pada sadar kan? Bahwa semenjak pandemi dan semenjak menjamurnya kehidupan WFA ataupun hybrid system di kalangan akademisi ataupun karyawan perkantoran, kebutuhan akan laptop dengan daily driver yang bertenaga itu tumbuh secara significant?   Dan ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400 bisa jadi adalah jawaban untuk kebutuhan itu sendir...

Latepost : Review Bulan Terbelah Di Langit Amerika

Bulan Terbelah di Langit Amerika. Karya Hanum Salsabila Rais & Rangga Almahendra Gramedia, 355 halaman. Awal mendengar judul novelnya dari seorang Mbak Novia, saya sempat mengerinyitkan kening. Berat sekali sepertinya jalan cerita yang disuguhkan dalam novel itu. Tapi katanya bagus banget. Berhubung belum sempat membeli yaudah lah. Dan saya cenderung membeli karya orang luar dibanding karya anak negeri jadinya benar benar terlewatkan. Sampai pada akhirnya saya menemukan sosok yang bisa diajak untuk sharing buku atau novel di kantor. Dia merekomendasikan novel ini untuk saya baca. Finaly!!! Barter kok kita. Saya meminjamkan novel Tere Liye ke dia juga. Enggak Cuma asal minjem Heheheh. Yang saya buka pertama kali adalah “tentang penulisnya”. Saya baru tau dia ini juga yang membuat 99 cahaya di langit eropa toh. Dia dan suaminya sama sama orang cerdas, menurut saya. Gila belajar. Dalam hati berkata, wajar lah orang pinter jodohnya orang pinter juga. ...