Hujan dan secangkir kopi cappucino di sebelah catatan kecil.
Hujan selalu membawa udara yang pas. Pas sejuknya. Pas momennya. Dan pas kenangannya.
Berpuluh puluh hingga ratusan potongan gambar dengan sendirinya muncul di benak, tanpa permisi. Tanpa pembuka.
Aku tahu, aku akan mulai baper lagi.
Aku tahu, aku akan merasakan sakitnya lagi mencintai seseorang.
Aku tahu, kenyamanan saja tidak cukup.
Bohong kalau dengan nyaman saja aku merasa puas.
Bohong kalau dengan potongan waktu saja aku merasa cukup.
Bohong kalau dengan kata kata nya saja aku merasa senang.
Akan seberapa lama aku berpura pura tersenyum, bahagia. Akan berapa lama aku benar benar harus menahan rasa malu.
Akan berapa lama aku akan berpura pura menjadi perempuan yang bisa berbagi.
Tentu saja bulshit itu semua.
Ketika aku memilihnya, dengan sengaja aku menyingkirkan siapapun yang mendekat, karena aku mau fokus di kamu.Tanpa pernah tahu kemungkinan lain ada yang menjadikanku prioritas kedepannya.
Aku mengalahkan itu semua, demi kamu.
Ternyata ketika aku menjadikan prioritas, kamu menjadikanku sebuah pilihan.
Pilihan ketika hubunganmu memburuk, pilihan ketika kamu sedang bermasalah.Atau ketika kamu lelah, memilih tempat pulang.
Hell-o!
Aku ini kamu jadikan apa?
Ya mungkin semua akan baik baik saja, menurutmu.
Tanpa kamu sadari bahwa disini, sudah ada pihak yang berdarah darah karena goresan goresan pisau yang semakin hari, semakin diasah.
Aku malu, ketika menceritakan ceritaku ini ke salah satu sahabatku.
Menurut gue, elo belum bisa menyayangi diri sendiri lo nour.
Aku sangat paham arti kalimat ini. Serius. Hanya butuh orang yang melemparkannya tepat di mukaku. Untungnya sahabatku sangat mengerti hal itu,
Aku enggak akan pernah baik baik saja, ketika kamu memang tidak bisa menjadikannya lebih jelas.
Sebelum berlanjut terlalu jauh, kemungkinan besar lagi lagi aku yang harus menentukan sikap.
Take it, or leave it.
Dan aku memilih pergi, menepi.Menjauh. Meskipun harus berkali kali terseret ombak ke tempat yang sama, aku harus tetap berenang. Keep swimming. Keep Moving.
Dan saya amat sangat berharap, kamu membaca tulisan ini.
Untuk pergi. Kemudian.
Tidak ada yang sederhana, jika membicarakan masalah perasaan memang. Tapi jangan takut untuk pergi karena akan melukai perasaan. Sedari awal kamu yang sudah menyayat-nyayatnya kok.
Untuk apa basa basi.
Aku saja yang bodoh, tidak lekas lekas membasuh luka dengan air dan kemudian merawatnya. Melainkan hanya melihat dan membersihkan seadanya.
Komentar
Posting Komentar