Langsung ke konten utama

What should i do?

 "Jangan nyari yang mau nerima kekurangan kita aja, sedangkan kita sendiri ga bisa nerima kekurangan orang lain."


"udahlah, gue juga paling jadi dicuekin juga akhirnya..."


Sampe gue dibilang fakgirl, anjim. Ngakak sih, seriusan. Kalo fakgirl ya manfaatin lakik kan? Terus ngilang? Gue manfaatin darimananya? Kalo ketemuan juga gue share bill, ga minta anter jemput.


Kalimat kalimat yang menampar siang itu, menyinggung dan melukai ego gue. Kalimat itu engga salah, tapi ya tetap saja menyakitkan. Sounds lebay rite? Tapi enggak apa. Terserah yang baca aja.

Jujur, gue pun enggak ngerti sih apa yang gue mau, terutama soal pasangan hidup.

Gue pernah bilang kalo engga salah, cukup yang mau nerima kondisi gue sekarang aja, dan dia mau kerja keras, Eh tapi beberapa ketemu yang (sepertinya) bisa nerima kondisi gue tapi guenya langsung menghindar.

Mau sampai kapan? Guepun bertanya tanya terus ke diri gue sendiri. 

Dua kali gue dicomblangin atau dikenalin sama cowok, selalu akhirnya gue yang ngerasa "udahlah, males, engga ada rasa." 

Padahal kan rasa ya ada karena terbiasa kan.

Ketemu sampe di kampungpun pernah, sama stranger yang sempet deket selama tiga bulan belakangan.

Gue kira dia orangnya, karena gue mau yang mirip bokap. Dan, he is actually mirip banget, prinsip hidupnya. Cuma ya karena gue mikr lagi, gue butuh yang seirama,

Irama gue tuh cepet, kebiasaan kerja cepet dan mikir cepet, ga pernah puas, sedangkan dia ?

Terlalu mensyukuri apa yang ada, selow, typical orang desa pada umumnya. Karakter sih, akhirnya.

Sebenernya masih bisa gue tolerin, tapi entah kenapa akhirnya gue mundur lagi.

Capek? Banget.

Mau nya apa?

Maunya nikah aja. HAHAH.

Ga segampang itu markonah,

Apalagi, udah gue berasa di sekeliling gue akhirnya menikah satu per satu. Lah gue? Mutusin buat jatuh hati aja mikir ribuan kali wkwk.

Masih inget sama mas mantan? Enggak juga.

Gue malah masih kepikiran sama nyokapnya, baik banget. Gue ngersasa ga canggung sama sekali di rumah orang, karena gue tahu, mereka tulus nerima gue dan adek adek gue.

Apa iya karena itu? Mungkin.

"Perasaan udah diterima sekeluarga besar itu yang akhirnya bikin gue kejebak di pikiran gue sendiri, kalo ya cuma mereka yang bisa nerima, padahal gue aja nyoba belum."

Menyedihkan ya,

Tapi ya gue juga usaha kok. Satu satu, gue lepasin tembok itu. Im trying, tapi ya jangan bertanya lagi kalau gue bercerita, "kenapa?"


Karena gue pun enggak tau jawabannya.





Komentar

  1. karena menikah bukanlah lomba.. ngeblog aja enak ada lombanya, berhadiah laptop pula.. mau ikutan? kuy baca infonya di sini
    https://www.didno76.com/2020/12/asus-vivobook-14-a416-blog-competition.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Event : JUMPA CALON PEMIMPIN JAKARTA 2017

Yeaaay, Event pertama kelar. Dan lanjut ke event selanjutnya. Yah, karena saya bekerja di stasiun televisi lokal yang lebih banyak acara yang bersifat news, event ini tidak jauh - jauh dari event politik,eh tapi enggak ada politik-politiknya sama sekali sih. Enggak ada kampanya, enggak ada debat. Event ini lebih kepada pengenalan lebih kepada calon pemimpin DKI Jakarta 2017 nanti dan peresmian stasiun tv kami sebagai stasiun resmi pilkada DKI dari KPU. Dan saya bekerja di dalamnya. Sedikit bangga. Event ini dinamakan... JUMPA CALON PEMIMPIN JAKARTA 2017 Bentuk undangan yang kami sebar. Pemilihan panitianya enggak ada sama sekali dilibatkan. Tahu-tahunya nama saya ada di dalam susunan LO atau Liasion Officer bareng Dian, Mas Eko dan Aisyah. Dasar Pak Okie.. Mana saya tahu kan liasion officer itu apaaaaa dan tibatiba dicemplungin gitu aja.Ternyata setelah saya baca baca lagi, LO itu penghubung antara pihak yang diundang dengan penyelenggara acara. Setelah prakteknya

Kisah Sepasang Suami Istri dan Kapal Pesial

Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami isti berlari menuju sekoci untuk menyelamatkan diri. Sampai disana, mereka menyadari bahwa hanya ada satu tempat yang tersisa. Segera sang suami melompat mendahului istrinya untuk mendapatkan tempat itu. Sang istri hanya bisa menatap kepadanya sambil meneriakan sebuah kalimat. Sebelum sekoci itu menjauh dan kapal itu benar-benar tenggelam. Guru yang menceritakan kisah ini bertanya pada murid-muridnya, “ Menurut kalian, apa yang diteriakkan sang istri?” Sebagian besar murid-murid itu menjawab, “ Aku benci kamu!”, “Kamu egois!”, atau “Tidak tahu malu!” Tapi kemudian guru tersebut menyadari ada seorang murid yang diam saja. Guru itu meminta murid yang diam itu menjawab. Dan ternyata jawabannya diluar apa yang murid lain pikirkan. Murid tersebut menjawab: “Guru, saya yakin si istri pasti berteriak,’Tolong jaga anak kita baik-baik”. Guru itu terkejut dan bertanya, “Apa kamu pernah mendeng

ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400

  Asus. Hem, pertama kali denger di telinga apa sih yang nyantol di kepala kalian? Honestly, kalo gue langsung kepikiran "brand yang tahan banting" sih. Bukan apa apa, sejarah handphone gue dengan merk tersebut bener bener membuktikan hal itu.  Saat itu, hp gue b ener-bener lompat dan terjatuh dari motor pas jalan, dan masih baik baik aja. Akhirnya mati total ya karena kecemplung di air. Sedih gue tuh.. Eh, kita skip deh ya curcolnya. Yang mau gue bahas di sini itu adalah tentang laptopnya . Dari brand yang sama, Asus.   ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400   Well, produk ini adalah produk terbaik asus untuk di kelasnya. Pada sadar kan? Bahwa semenjak pandemi dan semenjak menjamurnya kehidupan WFA ataupun hybrid system di kalangan akademisi ataupun karyawan perkantoran, kebutuhan akan laptop dengan daily driver yang bertenaga itu tumbuh secara significant?   Dan ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400 bisa jadi adalah jawaban untuk kebutuhan itu sendiri.   Hadir