Cuaca malam ini sungguh bikin meringis.
Sedikit rintik hujan menemani secangkir es kopi siap menemani dinginnya sendu.
Sendu kali ini bukanlah yang pertama. Semenjak mengenal sosok kamu.
Benar kata salah satu tulisan di twitter, ketika patah hati di usia 20an itu jauh lebih menyakitkan dibandingkan usia belasan.
Aku pun tidak tahu alasannya.
Flashback ke masa empat bulan lalu, ketika untuk pertama kalinya aku mengobrol di dekat ruanganku dengan alasan kamu ingin mengambil cuti.
Yang aku tahu waktu kamu pernah dekat dengan teman kantor juga yang aku kenal juga.
Ah, tidak masuk ke dalam rencanaku waktu itu kamu akan mengambil bagian sebesar besar dari perasaan ku saat ini. Terlebih saat itu aku masih harus berjuang mengobati luka hati akibat patah hati yang tidak aku kategorikan dalam patah hati yang sebenarnya.
Kita semakin intens komunikasi, walaupun hanya sebatas chat BBM, tapi kamu berhasil menjadikan "ketidakbiasaan" menjadi "kebiasaan"..
Menjadikan "kehadiranmu" selalu aku nantikan.
Mungkin buat yang lain hal hal sederhana, tapi semua yang kamu lakukan, aku hargai itu. Terlepas dari tulus tidaknya saat itu. Aku merasa terbang.
Mungkin hanya sekilas itu yang bisa aku ceritakan, biar saja tersimpan dengan baik loker yang bernama "kenangan"...
Tapi tidak dengan nyokap yang selalu menanyakan kabarmu setiap saat, membuat dada sesak.
Dear Kamu,
Kamu harus bahagia, aku berdoa untuk itu.
Dari aku,
Yang pernah kamu bahagiakan.
Komentar
Posting Komentar