Langsung ke konten utama
Being single is happy for now.

Terdengar munafik mungkin, karena sebagian besar dari temen seumuran udah heboh dengan ketidakhadiran pasangan.
Saatnya mendapatkan pacar.

Enggak buat gue,
Sekarang jauh lebih nyaman tanpa usikan dari yang namanya relantionship.
Gue capek, kecewa lagi.
Takut memulai lagi.
Dan yeah, terima kasih ya yang udah bikin gue kayak gini.
Lo berhasil.

Udah cukup, yang penting udah tau rasanya disayang walaupun cuman lies.
Yaa sebatas fisik.
Hati ga ada.

Untuk yang lama dan kembali,
Maaf.
Ternyata itu simpati, bukan cinta.
Semakin lo care sama gue malah ga bisa gue appreciate sumpah.
Rasa yang dulu pernah ada selama itu rasanya gatau udah kemana.
Sekedar kagum, kagun yang ga kesampean dan itu jadi semakin penasarab.

Udah gitu doang.

Rasanya pengalaman yang kemaren udah ngebenturin gue kalau emang dalam hidup, pasti akan ada mantan lagendaris breng**knya.
Yang bikin diri sendiri malu sekaligus kesel sama kelakuan diri sendiri.
Yang ga bisa ngelawan apapun yang dulu doi lakuin.
Iya, gue bego banget emang.

Atau emang polos.

Dan semenjak kerja di tempat yang kata orang bergengsi, gue dapet banyak bangetasukan buat kasus gue kemaren itu.
Dan gue janji ga bakal mau jatuh di lobang yg sama untuk kedua kalinya..
Ketemu orang macem gitu.

Dan dari pengalaman pengalaman sebelumnya sih ini yang terparah. Terparah dalam arti ya karena gue baru kenal laki yang kemaren itu baru doi.

Pertama kali pacaran, smp kelas 3. Pacaran bocah.
Yang kedua, begitu masuk kuliah.
Gue gatau salah gue apa, tapi begitu kenal sama cewek yang lebih tajir dari gue. Yah, gue ditinggalin.
Eh katanya sekarang putus juga, malahan cewek itu udah nikah.
Poor him. Karma does exist coy.
Nah ini yang ketiga dan gue kira pada awalnya akan menjadi akhir dari kisah gue, udah cukup sampe di dia.
Ternyata gue ditampar lagi untuk ngeliat dari sisi logika, bukan dari perasaan.

Ditambah lagi interferensi org tua keliatan di hubungan yg kemaren.
Awalnya namanya juga gatau, sempet emang masih berhubungan

Bgitu kelamaan, lama lama ya sikapnya kebaca dan gue bener bener nyesel waktu itu ga jauhin dari awal nyokap ngelarang.
Namanya feeling seorang ibu.
Entah dia ngeliat sendiri atau enggak. Tapi apa yang beliau rasakan itu benar adanya.
Semua yang dulu gue tentang makin keliatan.
Dan doa gue kayaknya terwujud.

Untuk didekatkan dengan yang menjadi jodoh, dan dijauhkan kalau memang bukan.


Dan omongan orang orang disekitar gue supaya "jangan sama suku itu,mending sama suku ini..." Mulai keliatan alesannya.

Yah balik lagi sih, budaya kan mempengaruhi cara hidup seseorang.
Walaupun enggak semua, tapi ga mau lagi deket deket. :/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 3 - A Memory

Ku berjalan di pinggir trotoar sebuah kawasan megah di Jakarta, menunggu mu menjemputku untuk pulang bersama, Kamu tahu, itu pertama kali kita menjalin hubungan diam diam. Kamu masih bersama dia dan hubunganmu yang bermasalah. Dan aku, sendiri. Lamban laun, kamu menyelesaikan hubungan itu dan menjalani hubungan dengan ku tanpa harus diam diam lagi, orang orang kantor pun tahu. Aku tahu, resiko ku saat itu sangat besar, mengambil seseorang yang bukan milikku. Tapi saat itu, dengan segala usaha yang kamu lakukan, berhasil meluluhkan hati seorang nourmalita zianisa. Aku juga teringat, betapa aku masih egois untuk bergantung sama kamu, semuanya harus sama kamu. Survey kost2an saat itu, kondangan, apapun, padahal aku tahu, bergantung itu tidak baik, dan terbukti saat ini, waktupun belum bisa menyembuhkan atau melupakan semua kenangan itu. Karena belum ada kenanga lainnya yang akan menimpaya. Ditambah, kamu yang setiap minggu menjemputku ketika kita mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Yan...

Manusia terbaik yang pernah kumiliki

Juli, tahun 2016..                  Kamu membawaku ke sebuah kedai kopi di pinggir jalanan pasar minggu. Setelah pulang kantor di hari itu, kamu menjemputku di halte yang tidak jauh dari kantor, bersembunyi demi menjaga hati yang saat itu masih kamu jaga.   "Mau pesan apa?" tanyamu. Sembari melipat jaket merahmu yang super tebal itu. Aku hapal banget jaket merah itu, jaket yang selalu kamu gunakan ketika kamu on duty .   "Hmm, hazelnut deh coba, es yah. Aku lagi enggak mau begadang malam ini. Mau yang ringan ringan aja." kataku, menjelaskan.   Tidak lama setelah itu, kamu pun memesan minuman kopi untuk   berdua kepada barista yang ada di situ sekaligus membayarnya. Lalu kembali ke tempat kita duduk, di sisi pojok menuju pintu keluar kedai itu.   "Jadi kamu mau ngomongin apa?" tanyaku. Sambil memasang muka sejutek-juteknya. "Jangan jutek gitu dooong ndut , kamu makin ...

more than this

I’m broken, do you hear me? I’m blinded, ‘cause you are everything I see, I’m dancin’ alone, I’m praying, That your heart will just turn around, And as I walk up to your door, My head turns to face the floor, ‘Cause I can’t look you in the eyes and say, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, Can love you more than this If I’m louder, would you see me? Would you lay down In my arms and rescue me? ‘Cause we are the same You save me, When you leave it’s gone again, And then I see you on the street, In his arms, I get weak, My body fails, I’m on my knees, Prayin’, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than thi...