Ketika beranjak dewasa, makin banyak pula hal yang dulu kita anggap sepele menjadi hal yang patut dipikirkan matang matang.
Termasuk perasaan.
Anak kecil dengan polos memperlihatkan perasaannya yang ia rasakan. Entah senang, marah, sedih. Semua itu dia ungkapkan dengan apa adanya. Tanpa pura pura
Tapi begitu semakin umur bertambah, rasanya sekarang perasaan itu lebih baik tidak usah diperlihatkan. Disimpan rapat rapat.
Atau dikeluarkan secara sembunyi sembunyi.
Karena ketika kita dewasa, ada hal lain yang mesti kita utamakan selain perasaan kita sendiri, yaitu perasaan orang lain. Terutama orang tua.
Tidak mungkin kan ketika kita sedih dengan berbagai alasan yang mungkin hal itu juga berkaitan dengan mereka lalu kita ungkapkan begitu saja di depan mereka, yang ada mereka akan terluka. Bahkan lebih sedih dari yg kita rasakan.
Alhasil, untungnya sekarang tidur lampu dimatiin.
Dan itu menjadi keuntungan sih, menangia diam diam, tanpa suara bahkan kadang air mata menetes ketika kita berbaring saja itu sudah cukup mewakili perasaan sedih kita.
Perasaan yang lainpun begitu, tetapi menyembunyikan perasaan bahagia itu yang tersulit. Tapi sekarang kita memposisikan orang lain yang belum seberuntung kita.
Kalem is the best.
Marahpun sama, daripada capek ngomel-ngomel ga karuan, diam menjadi alternatif terbaik sih yang ditawarkan Tuhan untuk meredam amarah hambaNya.
Begitulah yang saya rasakan saat ini :)
Termasuk perasaan.
Anak kecil dengan polos memperlihatkan perasaannya yang ia rasakan. Entah senang, marah, sedih. Semua itu dia ungkapkan dengan apa adanya. Tanpa pura pura
Tapi begitu semakin umur bertambah, rasanya sekarang perasaan itu lebih baik tidak usah diperlihatkan. Disimpan rapat rapat.
Atau dikeluarkan secara sembunyi sembunyi.
Karena ketika kita dewasa, ada hal lain yang mesti kita utamakan selain perasaan kita sendiri, yaitu perasaan orang lain. Terutama orang tua.
Tidak mungkin kan ketika kita sedih dengan berbagai alasan yang mungkin hal itu juga berkaitan dengan mereka lalu kita ungkapkan begitu saja di depan mereka, yang ada mereka akan terluka. Bahkan lebih sedih dari yg kita rasakan.
Alhasil, untungnya sekarang tidur lampu dimatiin.
Dan itu menjadi keuntungan sih, menangia diam diam, tanpa suara bahkan kadang air mata menetes ketika kita berbaring saja itu sudah cukup mewakili perasaan sedih kita.
Perasaan yang lainpun begitu, tetapi menyembunyikan perasaan bahagia itu yang tersulit. Tapi sekarang kita memposisikan orang lain yang belum seberuntung kita.
Kalem is the best.
Marahpun sama, daripada capek ngomel-ngomel ga karuan, diam menjadi alternatif terbaik sih yang ditawarkan Tuhan untuk meredam amarah hambaNya.
Begitulah yang saya rasakan saat ini :)
Komentar
Posting Komentar