Menurut gue sih..
Kadang mendengarkan orang menceritakan pengalamannya itu jauh lebih menyenangkan sih daripada sekedar membaca buku.
Mendengarkan melibatkan emosi serta melatih kepekaan serta empati dalam sosial.
Tanpa mengurangi manfaat dari membaca buku itu sendiri yang cenderung terpaku pada teori yang ga sahih bila di trial pada sebagian orang.
Yaa bukannya apa apa sih ya.
Berdasarkan metode pembelajaran yang gue dapet selama perkuliahan, cara orangempelajari suatu hal itu kan ada yang via indera pendengarnya ada yang via indra penglihatannya.
Ada baiknya, kita menghargai cara orang menyerap ataupun mengambil kesimpulan dari cara dia belajar tadi.
Karena mungkin ada yang nyaman dengan membaca, tapi ada pula yang lebih nyaman mendengarkan.
Makanya, kalo yang banyak membaca jangan menganggap orang yang jarang membaca itu tidak mengerti apa apa.
Karena siapa tau orang yang jarang membaca mempunyai pengalaman yang jauh banyak ia alami dan dengarkan dari orang yang banyak membaca.
Dan sebaliknya :)
Saat ini gue bersyukur dengan kecenderungan gue untuk mendengar lebih gue pake dibandingkan dengan hanya berkutat pada buku tanpa melihat dengan dunia sekedar.
Dengan mendengar juga, gue juga bisa tau bahwa orang dengan berlatar belakang suku tertentu emang rata rata memiliki sikap dan tabiat yang hampir sama.
Pada awalnya gue menolak pendapat seperti itu karena gue anggap terlalu sara lah kalo menghubungkan sikap dan sifat seseorang dengan suku tertentu, tapi dengan nyokap sendiri udah menganjurkan lebih baik agak menjaga jarak dengan orang dengan suku tertentu, membuat gue tahu dan sadar untuk beberapa orang malah menentang dengan tegas anaknya berhubungan dengan suku tertentu ( nyokap sahabat gue ).
Mungkin sikap tertentunya ga bisa gue jelaskan disini yah karena gue rasa sebelum ada niatan buat bikin penelitian tentang itu masih terlalu rancu.
Jadi ngomongin penelitian -_-
Oke balik lagi ke masalah sering atau jarangnya membaca.
Gue sangat menghargai orang yang berilmu dari buku tapi ia semakin merendah, semakin pengen belajar dan lebih memanusiakan manusia lainnya walaupun mereka jarang membaca buku karena banyal alasan yang masih bisa diterima akal sehat.
Mau sepinter apapun orang kalau dia jumawa ya dimana mana orang akan eneg kan walaupun tidak diperlihatkan?
Ujung ujungnya apa?
Banyak doa jelek yang disematkan ke diri sendiri karena sikap kurang bisa mengharagi orang itu.
Gue cenderung masih bodoh saat ini.
Jarang membaca karena terlalu sibuk mengejar cita cita gue, impian, mimpi gue.
Yah, alesan klise aja haha.
But, balik lagi..
Cara belajar orang berbeda, begitupun cara menyerap informasi mereka.
Senyamannya orang itulah, mereka yang lebih tau.
Bukan urusan orang sih untuk menilai apakah mereka sering membaca atau jarang :))
Kadang mendengarkan orang menceritakan pengalamannya itu jauh lebih menyenangkan sih daripada sekedar membaca buku.
Mendengarkan melibatkan emosi serta melatih kepekaan serta empati dalam sosial.
Tanpa mengurangi manfaat dari membaca buku itu sendiri yang cenderung terpaku pada teori yang ga sahih bila di trial pada sebagian orang.
Yaa bukannya apa apa sih ya.
Berdasarkan metode pembelajaran yang gue dapet selama perkuliahan, cara orangempelajari suatu hal itu kan ada yang via indera pendengarnya ada yang via indra penglihatannya.
Ada baiknya, kita menghargai cara orang menyerap ataupun mengambil kesimpulan dari cara dia belajar tadi.
Karena mungkin ada yang nyaman dengan membaca, tapi ada pula yang lebih nyaman mendengarkan.
Makanya, kalo yang banyak membaca jangan menganggap orang yang jarang membaca itu tidak mengerti apa apa.
Karena siapa tau orang yang jarang membaca mempunyai pengalaman yang jauh banyak ia alami dan dengarkan dari orang yang banyak membaca.
Dan sebaliknya :)
Saat ini gue bersyukur dengan kecenderungan gue untuk mendengar lebih gue pake dibandingkan dengan hanya berkutat pada buku tanpa melihat dengan dunia sekedar.
Dengan mendengar juga, gue juga bisa tau bahwa orang dengan berlatar belakang suku tertentu emang rata rata memiliki sikap dan tabiat yang hampir sama.
Pada awalnya gue menolak pendapat seperti itu karena gue anggap terlalu sara lah kalo menghubungkan sikap dan sifat seseorang dengan suku tertentu, tapi dengan nyokap sendiri udah menganjurkan lebih baik agak menjaga jarak dengan orang dengan suku tertentu, membuat gue tahu dan sadar untuk beberapa orang malah menentang dengan tegas anaknya berhubungan dengan suku tertentu ( nyokap sahabat gue ).
Mungkin sikap tertentunya ga bisa gue jelaskan disini yah karena gue rasa sebelum ada niatan buat bikin penelitian tentang itu masih terlalu rancu.
Jadi ngomongin penelitian -_-
Oke balik lagi ke masalah sering atau jarangnya membaca.
Gue sangat menghargai orang yang berilmu dari buku tapi ia semakin merendah, semakin pengen belajar dan lebih memanusiakan manusia lainnya walaupun mereka jarang membaca buku karena banyal alasan yang masih bisa diterima akal sehat.
Mau sepinter apapun orang kalau dia jumawa ya dimana mana orang akan eneg kan walaupun tidak diperlihatkan?
Ujung ujungnya apa?
Banyak doa jelek yang disematkan ke diri sendiri karena sikap kurang bisa mengharagi orang itu.
Gue cenderung masih bodoh saat ini.
Jarang membaca karena terlalu sibuk mengejar cita cita gue, impian, mimpi gue.
Yah, alesan klise aja haha.
But, balik lagi..
Cara belajar orang berbeda, begitupun cara menyerap informasi mereka.
Senyamannya orang itulah, mereka yang lebih tau.
Bukan urusan orang sih untuk menilai apakah mereka sering membaca atau jarang :))
Komentar
Posting Komentar