Langsung ke konten utama

Maaf, Tolong dan Terima Kasih


"Tau ga mbak, orang Indonesia itu sekarang udah jarang banget mengucapkan tiga kata kata ini, "maaf", "tolong" dan "terima kasih" padahal kadang orang cuma mau denger itu aja kok mbak"

Saya masih ingat banget kata kata orang ini, seorang ibu-ibu usia pertengahan yang sedang mencomplain kacamatanya ke tempat bekerja saya dahulu, Optik Kimia Farma. Dan setelah saya pikir-pikir, saat itu kami sama sekali tidak terfikir ke arah sana. Sibuk menjelaskan kegalauan si Ibu berdasarkan versi kami. Membuat sebuah alasan yang tujuannya adalah si Ibu puas.
Tapi, malah kami di katakan seperti itu oleh seorang ibu-ibu yang memakai pin besar di kerudungnya yang bertuliskan "Sumpah saya pernah kurus dulu" ini...

Dan hal itu teringat oleh saya karena kejadian tadi pagi, ketika saya baru memasuki gedung Sentral Senayan II. Ketika saya sedang berjalan nyaman memberikan tas saya kepada security yang berada tak jauh dari pintu masuk, seketika ada seorang cleaning service yang sedang mengepel lantai di sekitar satpam itu tiba menjatuhkan (sengaja atau tidak) atau tidak sengaja terjatuh gagang pel-annya itu mengenai seorang bapak bapak yang pas banget lagi jalan masuk ke dalam gedung itu juga.

Si cleaning service langsung berkata "maaf ya pak..." hingga dua kali.
Tapi si bapak itu lagsung pergi begitu saja tanpa mengengok sama sekali ke arah cleaning service yang panik itu dengan muka yang tanpa ekpresi sama sekali.

Pikiran saya sudah macam macam waktu itu, gile ini bapak walaupun bukan dia yang menjatuhkan seenggaknya nengok kek atau senyum sedikit ke cleaning service itu.
Atau justru bapak itu yang menyenggol gagang pel si cleaning service itu tapi dia merasa seolah olah bukan dia supaya ga malu sama antrian yang di belakangnya..

Saya yang melihat kejadian tersebut merasakan sekali bahwa kata kata "maaf" itu sudah sangat jarang sekali di lontarkan orang lain. Walaupun yang kita ucapkan "maaf", "tolong" dan "terima kasih" itu adalah pesuruh sekalipun yang mungkin sebagian besar dari kita mengaggap bahwa "yaudahlah, itu kan memang pekerjaan mereka, dan mereka dibayar" saya sangat tidak setuju.
Karena seperti apapun pekerjaan seseorang itu dia tetaplah manusia yang harus kita hargai.

Saya pun berusaha seperti itu, mengucapkan terima kasih pada mas mas yang membantu pekerjaan di kantor (cuci piring) walaupun mungkin pekerjaan cuci piring itu memang sudah harus dilakukan tiga kali sehari. Atau ketika saya memasuki toilet dan ada mba mba yang sedang mengepel lantai saya berusaha mengucapkan "maaf ya mbak, permisi..."
Seenggaknya hal itu menggambarkan bahwa kita menghargai pekerjaan mereka yang capek capek menjaga kebersihan toilet..

Begitu aja sih..
Hal sederhana tapi jika dilihat menggunakan hati bisa jadi luas cakupannya sih..





Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400

  Asus. Hem, pertama kali denger di telinga apa sih yang nyantol di kepala kalian? Honestly, kalo gue langsung kepikiran "brand yang tahan banting" sih. Bukan apa apa, sejarah handphone gue dengan merk tersebut bener bener membuktikan hal itu.  Saat itu, hp gue b ener-bener lompat dan terjatuh dari motor pas jalan, dan masih baik baik aja. Akhirnya mati total ya karena kecemplung di air. Sedih gue tuh.. Eh, kita skip deh ya curcolnya. Yang mau gue bahas di sini itu adalah tentang laptopnya . Dari brand yang sama, Asus.   ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400   Well, produk ini adalah produk terbaik asus untuk di kelasnya. Pada sadar kan? Bahwa semenjak pandemi dan semenjak menjamurnya kehidupan WFA ataupun hybrid system di kalangan akademisi ataupun karyawan perkantoran, kebutuhan akan laptop dengan daily driver yang bertenaga itu tumbuh secara significant?   Dan ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400 bisa jadi adalah jawaban untuk kebutuhan itu sendir...

Day 3 - A Memory

Ku berjalan di pinggir trotoar sebuah kawasan megah di Jakarta, menunggu mu menjemputku untuk pulang bersama, Kamu tahu, itu pertama kali kita menjalin hubungan diam diam. Kamu masih bersama dia dan hubunganmu yang bermasalah. Dan aku, sendiri. Lamban laun, kamu menyelesaikan hubungan itu dan menjalani hubungan dengan ku tanpa harus diam diam lagi, orang orang kantor pun tahu. Aku tahu, resiko ku saat itu sangat besar, mengambil seseorang yang bukan milikku. Tapi saat itu, dengan segala usaha yang kamu lakukan, berhasil meluluhkan hati seorang nourmalita zianisa. Aku juga teringat, betapa aku masih egois untuk bergantung sama kamu, semuanya harus sama kamu. Survey kost2an saat itu, kondangan, apapun, padahal aku tahu, bergantung itu tidak baik, dan terbukti saat ini, waktupun belum bisa menyembuhkan atau melupakan semua kenangan itu. Karena belum ada kenanga lainnya yang akan menimpaya. Ditambah, kamu yang setiap minggu menjemputku ketika kita mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Yan...

Medical Representative

Sewaktu saya bekerja menjadi Sales Customer Opticians di Kimia Farma, tentunya melayani pelanggan itu adalah harus yang sebaik-baiknya. Lalu, yang saya ingat adalah ada laki-laki yang waktu itu katanya sedang menunggu dokter mampir ke tempat saya, melihat-lihat frame katanya. Sebagai sales di tempat tentunya saya sambut dong itu orang. Saya layani sebaik-baiknya. Eh ternyata dia cuma melihat-lihat saja. Begitupun dengan besok-besoknya. Lama lama saya KZL juga kan. Akhirnya saya berani untuk bertanya masnya ini siapa. Terus dia menjawab saya dari Ka*Be. Waktu itu saya enggak ngeh, tapi memang begitu dokter umum yang buka praktek di Kimia Farma datang, biasanya dia buru-buru langsung menemuinya. Nah. Itu perkenalan saya yang pertama dengan seorang Medical Representative. Lalu, saya juga kebetulan dekat dengan SPG yang ada di apotek saat itu. Cerita-cerita lah kita. Salah satu SPG mengaku adiknya menjadi MR sekarang dan udah tajir. Punya motor bahkan. Saya bingung kan dengan is...