Setelah sekian lama saya tidak menuliskan sesuatu di halaman pribadi saya ini baru saya muncul lagi dengan judul yang “sinetron banget”
Saya berusaha untuk menahan tangis saya ketika saya memutuskan untuk berbagi perasaan saya kali ini. Butuh usaha yang cukup besar untuk itu.
Sebelumnya
saya ingin mengucapkan...
Innalillahi
wa innalillahi rajiun..
Bicis
berduka..
Saya
benar benar tidak menyangka bahwa akan sesedih ini kehilangan sahabat untuk
selama-lamanya..
Sahabat
saya, Melly Puspitasari baru saja berpulang ke Rahmatullah tanggal 3 Maret
kemarin dikarenakan penyakit demam berdarah setelah almarhumah melahirkan anak
keduanya di sebuah rumah sakit di daerah Pamulang..
Anaknya
lahir dengan selamat pada tanggal 2 Maret pada pukul 11.00 siang melalui
operasi saecar. Perempuan yang dinamakan Arbelia Dwirizky Saputro dengan berat
2,4 kg itu sangat cantik. Demi Tuhan, Mel.. anak lo cantik banget.
Yang
saya tahu adalah almarhumah tidak mau dilakukan proses saecar karena kelahiran
anak pertamanya, Argama Pradana Saputro lahir melalui proses persalinan normal
dengan kurun waktu sangat cepat. Namun, dikarena desakan dokter yang
mengharuskan Melly operasi akhirnya beliau dioperasi.
Setelah
operasipun Melly, sempat menyusui Bella. We all know kalau Melly selalu
diberkahi kelimpahan air susu setelah melahirkan. Alhamdulillah ternyata Bella
masih sempat merasakan asi ibunya walau hanya untuk sekali seumur hidupnya.
Melly
terkena demam berdarah stadium 4 dimana, di stadium ini memang pasien akan
mengalami kondisi kritis setelah 3-4 hari sebelumnya terjadi masa inkubasi.
Hari selasa pagi Melly mengalami penurunan drastis dalam jumlah trombosit,
yakni 70.000 lalu sore hari drop hingga 20.000 dan dilarikan ke ICU karena
sudah koma.
Mungkin
Melly saat itupun sudah berjuang, untuk tetap hidup. Tapi, karena ia juga baru
dalam proses kelahiran, darah berkurang banyak jadinya yah dia kalah. :’’’’’’(
Saya
sendiri tahu kabar bahwa Melly kritis baru siangnya dan anaknya sudah lahir.
Tapi saya mencoba untuk tetap berpositif thingking bahwa dia mampu melewati
proses itu. Karena saya tahu, Melly itu kuat.
Tapi
perasaan enggak enak itu sudah muncul sejak saya masih di kantor. Tepatnya
setelah saya melaksanakan sholat Dzuhur,saya berdoa dan saya tidak tahu mengapa
air mata itu mengalir tiba-tiba dengan derasnya. Padahal doa saya saat itu
tidak bersifat sedih.
Firasat
itu makin terasa ketika saya melaksanakan sholat Maghrib di rumah, air mata
makin mengucur dengan derasnya tanpa saya tahan.
Dari
pagi group Bicis sudah rame dikarenakan kita ingin menjenguk Melly namun belum
ketemu yang pas. Rencananya adalah hari Sabtu-Minggu. Lalu pukul 9 malam saya
sempat ber-sms-an dengan keong untuk janjian akan menjenguk Melly pada hari
Sabtu.
Malam
itu saya mematikan mobile data saya dan memutuskan untuk tidur karena besok
masih hari kerja. Lalu sekitar pukul 12 malam telepon saya berbunyi keras
sekali bahkan ibu saya yang tidur disebelah saya terbangun. Nomornya tidak
dikenal tapi akhirnya saya angkat..
“neng,
ini Fuji”
“iya
ji, kenapa?”
.....
“Innalillahi
wa innalillahi rajiun, neng. Melly udah enggak ada”
“Innalilillahi
wa innalillahi rajiun ji.. kamu serius ini? dapet kabar dari mata?”
Udah
gatau malu lagi saya malam itu nangis via telepon.
“dari
Damar neng, baru aja”
“ya
Allah ji... kamu beneran ini? Aku ga percaya”
“tadi
damar udah ngasih tau katanya ke risda dan lain lain”
Saya
baru sadar saat itu ternyata mobile data saya dimatikan jadi enggak tahu bahwa
ada pesan whats app yang masuk.
Saya
lupa percakapan berakhir dimana, yang jelas malam itu saya menangis bersama ibu
saya di kasur.
Lalu
pindah ke ruang makan untuk sekedar mencari segelas air putih untuk menenangkan
diri, namun gagal..
Mel,
kita kan masih punya hutang sama lw. Ingat ga ketika lw meneraktir kita
berdelapan di Pancious Senayan City tahun lalu. Lw kan bilang kalau lw pamrih
saat itu, minta ditraktir balik oleh kami ketika kami sudah bekerja semua..
Sekarang
kita semua udah kerja mel, terus belum sempet kami membalas eh lw udah pergi
duluan..
Mel,
terima kasih ya untuk semuanya. Lw udah kami anggap ibu, kakak kami sendiri
karena sikap lw yang selalu mau membantu dan memberikan solusi ketika kami
sedang ada masalah. Maafkan kami mel, bila selama ini selalu merepotkan dengan
curhatan-curhatan kami ini bikin lw pusing..
Mel,
mungkin secara pribadi kita kurang dekat yah karena gw tahu dengan kesibukan lw
sebagai ibu rumah tangga, pegawai dan mahasiswi membuat gw segen untuk cerita
banyak sama lw. Tapi gw tahu,kok lw masih nganggep gw temen lw..
Inget ga Mel, kita pertama kali ketemu di mata kuliah pendidikan agama Islam di semester satu. Dosennya dulu adalah Pak Faqih. Sempet jadi bahan ceng-an juga malahan karena polanya.
Akhirnya lw lulus juga Mel, setelah berpindah-pindah kuliah sebelumnya. Kita lulus barengan Mel, niatnyapun akan wisuda nanti barengan. Terus mau foto studio bareng. Ternyata...
Terus ketika gw butuh kerjaan banget, lw bela-belain nemenin gw nyari kerjaan sampai ke Lebak Bulus. Karena di sana ada temen lw kan? Lw baik.
Lw juga adalah orang yang paling netral di Bicis. Selalu mau berusaha untuk bantu temen apapun kondisinya.
Bicis sekarang udah enggak ber-sembilan,Mel.
Rasanya tetep bakal ada yang hilang meskipun waktu akan berjalan cepat kedepannya.
Lw yang tenang ya Mel.
Inshaa Allah anak lw nanti bakal banyak yang sayang kok, gw juga akan meluangkan waktu untuk ke rumah lw sekali-kali.
Terima
kasih ya Mel,
Selamat
Jalan....
Bundo
In
Memoriam Melly Puspitasari
Enggak ada yang menyangka kalau foto ini menjadi foto terakhir Bicis berkumpul lengkap |
Kalau yang tadi terakhir kali, ini foto pertama kali kita kumpul lengkap |
Komentar
Posting Komentar