Langsung ke konten utama

Kantin Karyawan Plaza Senayan : Genteng Hijau


Kantin Genteng Hijau, belakang Ratu Plaza


Kalau rata-rata pada membuat review tentang restoran-restoran wah, kali ini saya mau membuat review tempat makan di kawasan perkantoran Jakarta.
Banyak yang menyebutkan dengan "genjo, tengjo,sampai green roof" untuk sebuah kantin karyawan tersebut.
Ternyata asal muasal dari daerah tersebut dikarenakan ya memang gentengn kantin tersebut berwarna hijau tua, dengan bangunan tingkat dua di bawahnya.
Untuk tanggal-tanggal tua biasanya saya suka makan disini jika tidak membawa bekal dari rumah. Selain karena harganya yang super murah, variasi menunya sangat beragam jika dibandingkan dengan menu di food court.
Makanan yang kesannya "makanan Indonesia banget" tersedia disana.
Mulai dari yang paling umum seperti ayam bakar, gado-gado, rawon, soto mie, makanan ala ala restaurant 99 kayak capcaipun ada sampai yang jarang saya temui (norak ya) seperti sup salmon dan ayam bakar rica-rica khas Manado.
Rasanya?

Cukup bikin mulut tersenyum dan perut kenyang sih.
Ala-ala warteg gitu deh tapi rapi dan pelayanannya baik. Mas-masnya pun ramah. heheh..

Biasanya, saya keluar makan jam 12 kurang 5 menit dari kantor, disananya sudah ramai sekali karena banyak karyawan yang makan disana juga.Alhasil kadang saya pun harus menunggu untuk dapat tempat duduk. Tapi situasi seperti itu sih jarang saya alami karena begitu sampai sana ada mas mas yang sudah hafal dan mencarikan tempat duduk untuk saya dan teman-teman.

Harganya berkisaran 8.000 s/d 20.000 paling mahal untuk setiap menu makannya.
Untuk minumannya sekitar 1.500 s/d 7.000.

Jajanan anak SMA kalah murah kali dari makanan yang ada di sini..

Jadi, buat kalian yang bekerja di kawasan Sentral Senayan I,II,III dan sekitarnya? Sudahkah kamu ke genjo? :p

Salah satu menu favorit saya, Ayam Bakar Rica-Rica khas Manado :3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 3 - A Memory

Ku berjalan di pinggir trotoar sebuah kawasan megah di Jakarta, menunggu mu menjemputku untuk pulang bersama, Kamu tahu, itu pertama kali kita menjalin hubungan diam diam. Kamu masih bersama dia dan hubunganmu yang bermasalah. Dan aku, sendiri. Lamban laun, kamu menyelesaikan hubungan itu dan menjalani hubungan dengan ku tanpa harus diam diam lagi, orang orang kantor pun tahu. Aku tahu, resiko ku saat itu sangat besar, mengambil seseorang yang bukan milikku. Tapi saat itu, dengan segala usaha yang kamu lakukan, berhasil meluluhkan hati seorang nourmalita zianisa. Aku juga teringat, betapa aku masih egois untuk bergantung sama kamu, semuanya harus sama kamu. Survey kost2an saat itu, kondangan, apapun, padahal aku tahu, bergantung itu tidak baik, dan terbukti saat ini, waktupun belum bisa menyembuhkan atau melupakan semua kenangan itu. Karena belum ada kenanga lainnya yang akan menimpaya. Ditambah, kamu yang setiap minggu menjemputku ketika kita mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Yan...

ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400

  Asus. Hem, pertama kali denger di telinga apa sih yang nyantol di kepala kalian? Honestly, kalo gue langsung kepikiran "brand yang tahan banting" sih. Bukan apa apa, sejarah handphone gue dengan merk tersebut bener bener membuktikan hal itu.  Saat itu, hp gue b ener-bener lompat dan terjatuh dari motor pas jalan, dan masih baik baik aja. Akhirnya mati total ya karena kecemplung di air. Sedih gue tuh.. Eh, kita skip deh ya curcolnya. Yang mau gue bahas di sini itu adalah tentang laptopnya . Dari brand yang sama, Asus.   ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400   Well, produk ini adalah produk terbaik asus untuk di kelasnya. Pada sadar kan? Bahwa semenjak pandemi dan semenjak menjamurnya kehidupan WFA ataupun hybrid system di kalangan akademisi ataupun karyawan perkantoran, kebutuhan akan laptop dengan daily driver yang bertenaga itu tumbuh secara significant?   Dan ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400 bisa jadi adalah jawaban untuk kebutuhan itu sendir...

Latepost : Review Bulan Terbelah Di Langit Amerika

Bulan Terbelah di Langit Amerika. Karya Hanum Salsabila Rais & Rangga Almahendra Gramedia, 355 halaman. Awal mendengar judul novelnya dari seorang Mbak Novia, saya sempat mengerinyitkan kening. Berat sekali sepertinya jalan cerita yang disuguhkan dalam novel itu. Tapi katanya bagus banget. Berhubung belum sempat membeli yaudah lah. Dan saya cenderung membeli karya orang luar dibanding karya anak negeri jadinya benar benar terlewatkan. Sampai pada akhirnya saya menemukan sosok yang bisa diajak untuk sharing buku atau novel di kantor. Dia merekomendasikan novel ini untuk saya baca. Finaly!!! Barter kok kita. Saya meminjamkan novel Tere Liye ke dia juga. Enggak Cuma asal minjem Heheheh. Yang saya buka pertama kali adalah “tentang penulisnya”. Saya baru tau dia ini juga yang membuat 99 cahaya di langit eropa toh. Dia dan suaminya sama sama orang cerdas, menurut saya. Gila belajar. Dalam hati berkata, wajar lah orang pinter jodohnya orang pinter juga. ...