Langsung ke konten utama

#Fiction Cerita 1 : Awal Yang Baik


Rahang perempuan itu menegang. Sesekali melihat ke layar smartphone yang ia sentuh dengan jari telunjuknya. Melihat pesan yang dikirimkan oleh laki laki itu. Sambil mendelik kesal..

"Tenyata dia tidak berubah. Masih saja menggurui orang." Gumam perempuan itu ke dirinya sendiri. Sadar dia baru saja melakukan personal talk atau berbicara sendiri.

Lalu dengan cepat ia mengetik pesan balasan dengan ketus dan merendahkan dirinya sendiri di kata kata yang ia ketik. Karena ia tahu, orang semacam ini memang menginginkan penghargaan yang tinggi dari orang-orang sekitarnya. Wataknya sudah cukup perempuan ini kenali, sejak beberapa bulan yang lalu.

Lalu tak lama ia melihat garis centrangan sudah berwana biru, artinya pihak yang ia kirimi pesan tersebut sudah membaca pesan itu. Namun tidak dibalas.

"Baguslah".
"Niatnya mau silahturahim karena memang sudah lama terputus komunikasinya malah begini. Selalu dibuat kesal."

Perempuan itu berkali kali berbicara pada dirinya sendiri.
Ia meletakan smartphonenya di atas meja kayu berwarna coklat tersebut. Lalu beranjak dari duduknya dan pergi. Melanjutkan pekerjaannya yang terbengkalai selama beberapa menit tadi.

Nara sebenarnya tahu, seharusnya ia tidak menghubungi orang ini duluan. Karena setiap mereka berkomunikasi yang tadinya baik dan menyenangkan akan berakhir tidak menyenangkan. Entah siapa yang memulai. Mereka selalu berdebat untuk semua hal. Anything.
Pihak yang satu merasa selalu terintimidasi dan digurui (dalam hal ini Nara-lah yang merasakan) dan yang satunya merasa Nara selalu terbawa emosi.

Semua hal yang dimulai dengan cara yang baik tidak akan berakhir dengan tidak baik seperti ini kan, huh?
Apa? Berkenalan via media sosial terus jadian ?
Nara tidak mungkin menceritakan secara gamblang kepada orang tuanya bagaimana mereka bertemu. Nara hanya menyebutkan bahwa mereka berkenalan di kampus.

Semuanya harus diawali dengan cara yang baik,Nar..



Di tempat lain.
Kalau menurut orang-orang sih daerah ini sudah berada di luar Bumi.
Bekasi. Kawasan dimana Mall sudah seperti rumah. Bersebaran dimana-mana. Membuat jalan akses ke sana pasti selalu macet.

"Sayang, kamu kenapa diam aja sih dari tadi?" Tanya perempuan berambut pendek itu dengan suara manja ke lelaki yang duduk di sebelahnya.
"Diam kenapa lagi, aku biasa aja kok. Lagi sedikit pusing aja nih" Jawab lelaki itu se-ada-nya.
"Sayang, kamu tahu enggak sih, udah beberapa hari ini ada orang iseng banget ngirimin paketan coklat sama bunga ke mejaku. Aneh banget enggak sih. Terus iseng-iseng aku foto deh. Nih.."Kata perempuan itu sambil menunjukan foto yang ada di blackberry-nya tersebut.

"Hmm.. terus kamu seneng gitu kalau menerima coklat-coklat ini dari secret admirer kamu?" Tanya laki-laki itu sinis.
"Iya senenglah. Siapa yang enggak senang coba dapet kiriman hampir setiap hari gitu" Balas perempuan itu.
"Kenapa enggak jadian sekalian aja sama secret admirer kamu itu?" Laki-laki itu sudah mulai emosi.
"Kalau aku tahu siapa dia juga mungkin aku bakal jadian" Perempuan itu mencoba memancing.
"Oke, kita putus." Entah kenapa kata-kata yang tidak disangka-sangka perempuan tersebut keluar dengan dinginnya dari laki-laki yang sudah dua tahun menemaninya itu.

"Kamu yakin?" Tanya perempuan itu menggodanya. Penuh percaya diri dengan segala yang ia miliki.
"Kenapa enggak, dan kita sudah berkomitmen ya sekalinya putus tetap putus. Dan kita ga akan pernah balik lagi seperti dulu" ujar laki-laki tersebut dengan lancarnya
"Oke, kamu tahu itu komitmen sudah kita bangun sejak awal kita jadian. Dan kita berdua harus sama-sama mematuhinya sekarang" Perempuan itu bicara dengan tenang.
"Baik, yasudah. Mari kita pulang, aku antar kamu ke rumah" Kata lelaki itu dengan dingin.

Sepanjang perjalanan mereka berdua berdiam diri tanpa ada obrolan sama sekali. Sang perempuan menatap kaca spion dengan tersenyum ringan tanpa rasa bersedih sedikitpun. Karena dia tahu, lelaki itu pasti akan memohon-mohon kembali untuknya. Karena hanya perempuan itu yang tahu dan mengenal tabiat laki laki itu selama dua tahun. Sangat yakin. Siapa yang mengemis duluan untuk balikan, dialah yang kalah.

Tak lama setelah perempuan itu turun dari motor yang berwarna hitam , laki-laki tersebut langsung pergi tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.
Harus bisa, Ar. Lu ga boleh cengeng gini. Usia lu emang udah beranjak ke usia nikah dan saat ini hubungan lu malah hancur di tengah jalan. Akan ada yang lebih baik ke depannya, Ar. Sudah cukup dengan semua kelakuan perempuan itu. Ia merasa tidak dihargai. Dan itu dilakukan berkali-kali.

Tak lama setelah itu ia sampai rumah. Seolah tidak terjadi apa-apa.
Menatap langit kamarnya sambil menginga-ingat kembali pertemuan denga perempuan itu dua setengah tahun yang lalu. Mereka bertemu di sebuah angkutan transportasi umum. Dari yang benar benar orang asing, lalu menjadi dekat dan akhirnya pacaran. Pertemuan yang tidak diduga-duga.

Pertemuan itu seharusnya dilakukan di tempat yang baik Ar, dengan cara yang baik. Bukan seperti ini asal kenal terus jadian.
Wajah menjadi motivasi Arjun saat itu. Ia terpikat pada wajah perempuan yang saat itu asik bercanda dengan temannya. Dan memutuskan untuk berkenalan.

Oke.
Saat itu mungkin hal yang bodoh yang pernah ia lakukan. Selanjutnya harus dengan cara yang baik agar semuanya berakhir dengan baik.

Arjun mendesah kesal saat itu sambil menutup matanya, memaksanya untuk terlelap.

 Finally,iseng-iseng bikin cerita lanjutan ah.
Tadinya mau cerpen, biar sekaligus habis gitu. Ternyata idenya terlalu banyak dan akhirnya malah menjadi pending untuk jalan cerita selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 3 - A Memory

Ku berjalan di pinggir trotoar sebuah kawasan megah di Jakarta, menunggu mu menjemputku untuk pulang bersama, Kamu tahu, itu pertama kali kita menjalin hubungan diam diam. Kamu masih bersama dia dan hubunganmu yang bermasalah. Dan aku, sendiri. Lamban laun, kamu menyelesaikan hubungan itu dan menjalani hubungan dengan ku tanpa harus diam diam lagi, orang orang kantor pun tahu. Aku tahu, resiko ku saat itu sangat besar, mengambil seseorang yang bukan milikku. Tapi saat itu, dengan segala usaha yang kamu lakukan, berhasil meluluhkan hati seorang nourmalita zianisa. Aku juga teringat, betapa aku masih egois untuk bergantung sama kamu, semuanya harus sama kamu. Survey kost2an saat itu, kondangan, apapun, padahal aku tahu, bergantung itu tidak baik, dan terbukti saat ini, waktupun belum bisa menyembuhkan atau melupakan semua kenangan itu. Karena belum ada kenanga lainnya yang akan menimpaya. Ditambah, kamu yang setiap minggu menjemputku ketika kita mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Yan...

Manusia terbaik yang pernah kumiliki

Juli, tahun 2016..                  Kamu membawaku ke sebuah kedai kopi di pinggir jalanan pasar minggu. Setelah pulang kantor di hari itu, kamu menjemputku di halte yang tidak jauh dari kantor, bersembunyi demi menjaga hati yang saat itu masih kamu jaga.   "Mau pesan apa?" tanyamu. Sembari melipat jaket merahmu yang super tebal itu. Aku hapal banget jaket merah itu, jaket yang selalu kamu gunakan ketika kamu on duty .   "Hmm, hazelnut deh coba, es yah. Aku lagi enggak mau begadang malam ini. Mau yang ringan ringan aja." kataku, menjelaskan.   Tidak lama setelah itu, kamu pun memesan minuman kopi untuk   berdua kepada barista yang ada di situ sekaligus membayarnya. Lalu kembali ke tempat kita duduk, di sisi pojok menuju pintu keluar kedai itu.   "Jadi kamu mau ngomongin apa?" tanyaku. Sambil memasang muka sejutek-juteknya. "Jangan jutek gitu dooong ndut , kamu makin ...

more than this

I’m broken, do you hear me? I’m blinded, ‘cause you are everything I see, I’m dancin’ alone, I’m praying, That your heart will just turn around, And as I walk up to your door, My head turns to face the floor, ‘Cause I can’t look you in the eyes and say, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, Can love you more than this If I’m louder, would you see me? Would you lay down In my arms and rescue me? ‘Cause we are the same You save me, When you leave it’s gone again, And then I see you on the street, In his arms, I get weak, My body fails, I’m on my knees, Prayin’, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than thi...