Langsung ke konten utama

SepakBola

Sepakbola?
Siapa sih yang tidak mengenal olahraga yang dimainkan oleh sebelas orang dari dua team yang berbeda dan biasanya didominasi oleh cowok cowok ganteng #eh (ini abaikan saja).
Walaupun tidak semua orang menyukai sepakbola, tapi pasti semua tahu tentang sepakbola.

Yah, sejujurnya saya pun baru menjadi penggemar olahraga yang menurut saya sangat laki laki ini sejak tahun 2006 silam, tepatnya ketika piala dunia berlangsung. Setiap pertandingan yang waktu itu Italia menjadi favorit saya harus ditonton, meskipun pagi. Ck..ck..ck..
Eh kecanduan nonton sampai sekarang, walaupun sudah tidak se-addicted dulu.
Hanya team team yang saya sukai aja sih yang bisa membuat saya bela-belain untuk mengurangi waktu tidur.
Menurut saya, olahraga sepakbola adalah sebenar-benarnya olahraga. Selain mengedepankan kekuatan fisik, perpaduan strategi dan kecerdasan intelektual setiap pemainnya dalam mengolah si kulit bundar itu menjadi alasan utamanya. Bukan berati saya tidak menganggap permainan lain bukan olahraga loh ya.

Tapi, kalau diingat-ingat kembali sih, saya sebenarnya sudah dekat dengan olahraga tersebut semenjak saya kecil, sejak usia 8-10an awal saya hampir setiap hari bermain sepakbola dengan teman-teman bermain saya di lingkungan rumah. Hampir semua laki-laki, hanya saya dan Ica yang perempuan. Walaupun begitu kami tidak kalah jagonya jika dibandingkan dengan anak laki-laki lainnya :p

Menurut saya, Sepakbola itu olahraga penuh filosofi ya.
Terkadang saya malah mikir dan membayangkan bahwa hidup ini layaknya permainan sepak bola.
Kita sebagai pemain kehidupan yang harus mempunyai strategi dan daya juang demi mencapai tujuan hidup kita sendiri (Goal).
Terkadang harus bisa bersikap aktif dan mendobrak layaknya striker, terkadang kita juga harus bisa mencari celah buat bisa mencapai tujuan itu dengan mencari umpan umpan yang mumpuni layalnya gelandang, bahkan kita juga harus bisa bertahan di kala serangan-serangan balik yang menyerang kita layaknya bek. Yang terutama adalah hanya kita yang bisa menjada diri kita sendiri layaknya kiper.

Penonton ibarat orang-orang yang ada di sekeliling kita. Mereka hanya bisa melihat, menyemangati, atau mengejek ketika kita harus jatuh bangun di lapangan. Pelatih ibaratkan orang tua yang jelas sudah lebih banyak pengalaman yang memberikan arahan kepada kita bagaimana cara bermain yang benar dan bertujuan menang.


Begitulah sepakbola menurut saya,
Hanya seuntas kata saja sih sebenarnya yang memang sudah lama minta dikeluarkan dari bisikan bisikan otak. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 3 - A Memory

Ku berjalan di pinggir trotoar sebuah kawasan megah di Jakarta, menunggu mu menjemputku untuk pulang bersama, Kamu tahu, itu pertama kali kita menjalin hubungan diam diam. Kamu masih bersama dia dan hubunganmu yang bermasalah. Dan aku, sendiri. Lamban laun, kamu menyelesaikan hubungan itu dan menjalani hubungan dengan ku tanpa harus diam diam lagi, orang orang kantor pun tahu. Aku tahu, resiko ku saat itu sangat besar, mengambil seseorang yang bukan milikku. Tapi saat itu, dengan segala usaha yang kamu lakukan, berhasil meluluhkan hati seorang nourmalita zianisa. Aku juga teringat, betapa aku masih egois untuk bergantung sama kamu, semuanya harus sama kamu. Survey kost2an saat itu, kondangan, apapun, padahal aku tahu, bergantung itu tidak baik, dan terbukti saat ini, waktupun belum bisa menyembuhkan atau melupakan semua kenangan itu. Karena belum ada kenanga lainnya yang akan menimpaya. Ditambah, kamu yang setiap minggu menjemputku ketika kita mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Yan...

Manusia terbaik yang pernah kumiliki

Juli, tahun 2016..                  Kamu membawaku ke sebuah kedai kopi di pinggir jalanan pasar minggu. Setelah pulang kantor di hari itu, kamu menjemputku di halte yang tidak jauh dari kantor, bersembunyi demi menjaga hati yang saat itu masih kamu jaga.   "Mau pesan apa?" tanyamu. Sembari melipat jaket merahmu yang super tebal itu. Aku hapal banget jaket merah itu, jaket yang selalu kamu gunakan ketika kamu on duty .   "Hmm, hazelnut deh coba, es yah. Aku lagi enggak mau begadang malam ini. Mau yang ringan ringan aja." kataku, menjelaskan.   Tidak lama setelah itu, kamu pun memesan minuman kopi untuk   berdua kepada barista yang ada di situ sekaligus membayarnya. Lalu kembali ke tempat kita duduk, di sisi pojok menuju pintu keluar kedai itu.   "Jadi kamu mau ngomongin apa?" tanyaku. Sambil memasang muka sejutek-juteknya. "Jangan jutek gitu dooong ndut , kamu makin ...

more than this

I’m broken, do you hear me? I’m blinded, ‘cause you are everything I see, I’m dancin’ alone, I’m praying, That your heart will just turn around, And as I walk up to your door, My head turns to face the floor, ‘Cause I can’t look you in the eyes and say, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, Can love you more than this If I’m louder, would you see me? Would you lay down In my arms and rescue me? ‘Cause we are the same You save me, When you leave it’s gone again, And then I see you on the street, In his arms, I get weak, My body fails, I’m on my knees, Prayin’, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than thi...