Langsung ke konten utama

Cita-Cita : Dulu, Sekarang dan Masa Depan


"Kalau kamu sudah berkeluarga, kamu harus tetap bekerja ya mak. Jangan sampai kayak mama yang cuma menunggu hasil dari papamu tiap bulan doang"

Itu kata Ibuku, yang sudah dua puluh dua tahun mengabdikan diri mengurus suami dan anak-anaknya kepadaku ketika ia merasa jenuh dengan rutinitasnya.

Menurut saya, rasanya hidup sebagai ibuku yang notabennya adalah murni Ibu Rumah Tangga itu bukanlah buruk. Justru saya melihat Ibu saya yang mencurahkan seratus persen waktunya untuk rumah membuat anak-anaknya sangat dekat dengannya, bisa mencurahkan segala isi hati dan kegiatannya sehari-hari kepada Ibu. Bukankah itu suatu kenikmatan tersendiri ya melihat anak-anaknya dari masa kecil hingga dewasa tetap meletakkan Ibu sebagai nomor satu di daftar "tempat curhat" ?

Yah, sisi enggak enaknya adalah ketika dia mau atau ingin membelikan sesuatu untuk dirinya sendiri adalah dia hanya menunggu "jatah" dari suami. Itupun dia masih mikir-mikir lagi karena balik lagi, demi anak.

Bagaimanapun sisi enak-tidak enaknya seorang Ibu Rumah Tangga, bagi saya profesi tersebut tetap sebuah Profesi yang menginsipirasi nomor satu karena dengan Ibu, dengan segala kecerdasannya dan keluar-biasannya mampu menggunakan pikiran serta tenaganya secara seimbang. Disisi lain dia mengatur keuangan, kesehatan keluarganya, pendidikan anak-anaknya. Namun disisi lain pula dia juga harus cekatan memasak makanan kesukaan suami dan anak-anaknya, mencuci pakaian, bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan hingga menyiapkan seragam anak-anaknya.

Begitulah Ibu Rumah Tangga buat saya yang cukup menginspirasi buat saya meskipun saya sendiripun belum menjadi seorang Ibu.

Tapi sewaktu saya kecil, saya punya cita-cita yang cukup lama saya impikan. Seorang dokter spesialis bedah. Angan-angan yang saat ini harus saya kubur dalam dalam karena bukan porsi saya ternyata menurut Tuhan. Tapi saya tidak kecewa sih.
Kenapa dokter spesialis bedah itu menginspirasi?
Semenjak kecil, saya selalu tidur dengan nenek saya. Ceritanya dulu saya ingin mengobati Oma (Panggilan nenek saya) supaya bisa melihat kembali dikarenakan saat itu beliau stroke dan matanya sudah tidak bisa melihat.

"Oma, oma.. nanti mak kalau sudah gede pengen jadi dokter bedah ya Oma, biar mak bisa ngobatin Oma dan Oma bisa sehat lagi. Tapi Oma harus tetep ada ya sampai mak bisa jadi dokter"

Kurang lebih seperti itu dalam ingatan saya.
Ingatan 17 tahun yang lalu.

Saya menganggap dokter bedah itu keren kenapa ?
Karena mereka sangat berani. Berani berurusan dengan darah dan yang lainnya. He..he..
Mereka menolong manusia dengan menyembuhkan mereka dari penyakitnya melalui operasi. Dan tentunya, mereka tajir. Karena melihat Om saya dulu sangatlah kaya.
Walaupun motivasi saya sebenarnya saat itu adalah kharismatik yang di sematkan pada seorang dokter bedah itu berbeda.

Lalu, yang saya jalani saat ini adalah sebagai HRD.
Walaupun jauh sekali dari cita-cita saya sebagai dokter pada waktu itu, saya mengambil jurusan psikologi klinis pada mayor dan psikologi industri dan organisasi pada minor ketika saya memasuki perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Jujur, sebagai bagian dari HRD dan saya adalah team recruitment tentunya enggak mudah untuk mengatakan "tidak diterima" untuk setiap kandidat yang melamar setelah melalui proses seleksi yang cukup ketat. Pekerjaan ini membuat saya harus bersikap tega tapi sekaligus harus bisa memperjuangkan kandidat yang layak untuk di hired.
Kemarin, saya baru saja mengantarkan satu kandidat untuk di hired oleh perusahaan saya. Entah kenapa saya melihat kandidat ini sangat potensial dan dia layak. Selain itu dia sedang tidak bekerja di tempat lain dan istrinya yang malah bekerja.
Saya cerita-cerita banyak dari kandidat ini bagaimana dia jatuh bangun bersama pasangannya untuk meraih kesuksesan. Sebelumnya kandidat ini bekerja di perusahaan pesaing perusahaan saya.
Makanya, itu menjadi nilai plus sih buat dia.
Yah, menjadi team recruitment ga gampang. Menyenangkan sekaligus menyedihkan. Menyenangkan adalah saya jadi mempunyai banyak teman baru di bidang lain. Jadi sharing pengalaman kehidupan dari banyak orang dan yang lainnya. Menyedihkan adalah ketika kita harus mengatakan kepada diri

So far, bekerja sampai sejauh ini tidak membuat pekerjaan saya membantu Ibu keteteran sih, yang penting bisa membagi waktu dengan baik. Jika saya pulang lwbih awal biasanya saya menggunakan waktu untuk menyetrika pakaian orang rumah. Jika saya bisa mencuci piring, saya lakukan. Tapi jika dirasa saya sangat lelah biasanya saya biarkan dulu sampai lelah saya hilang baru lanjut keesokan harinya.

Mungkin begini yah rasanya menjadi wanita karir dan Ibu Rumah Tangga versi Mini. Tapi yang jelas, 
saya sih berharap saya tidak lama di bagian ini, saya ingin menjadi psikolog yang handal. Yang bekerja tapi lebih fokus ke anak. Tentunya setelah saya selesai kuliah lagi.
Ingin waktu saya di rumah, tapi tetap menghasilkan uang dengan menjual "otak saya"..


Saya mempunyai beberapa teman psikolog yang mengatakan bahwa pekerjaan sebagai psikolog itu sangatlah fleksibel dikarenakan merekalah yang mengatur jadwal bertemu pasien/klien. Otomatis keluarga nantinya tetap nomor satu kan..
Mengurus anak-anak sekaligus bekerja adalah cita cita saya ke depan.
Semoga dalam waktu dekat saya bisa bersekolah lagi untuk meneruskan S2 saya.

Amin..

Ohiya, tulisan ini diikutsertakan dalam IHB Maret Blog post Challenge loh :3. Yang mau ikutan silahkan buka aja linknya. 

Komentar

  1. Semoga segera tercapai cita2nya ya Mba, nice story :D

    BalasHapus
  2. Semoga tercapai y jadi psikolog handal :)

    BalasHapus
  3. Aamiin.. Terima kasih ya mbak :))
    Seenggaknya ingin berguna buat orang lain lewat profesi :3

    BalasHapus
  4. Jadi ibu rumah tangga juga jadi profesi impianku lhooo..cuma sekarang malah jadi PR. Tetep semangat yaaa :D

    BalasHapus
  5. selama karir impiannya positif, pasti bisa dicapai dan ketemu passion yang sebenernya kok. Semangat :D !

    BalasHapus
  6. waaah terima kasih buat dukungannya hihi. Semangat juga Mbak Ratri :)
    Iya, impian juga baiknya dilandasi niat yang positif biar semesta menjabah :)

    BalasHapus
  7. Apapun karirnya, walaupun akhirnya berbeda dengan yang sempat dicita-citakan sebelumnya selama positif insyaAllah tetep berkah aamiin..

    Mau sharing tulisan aku juga yaa :)

    http://www.indahrp.com/2015/03/inspirasi-profesi-jadi-dokter-itu.html

    BalasHapus
  8. betul mbak. Aku setuju. Asalkan diniatkan dengan baik apapun itu inshaa Allah berkah :)

    siaaap! aku otw ke situ :))

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 3 - A Memory

Ku berjalan di pinggir trotoar sebuah kawasan megah di Jakarta, menunggu mu menjemputku untuk pulang bersama, Kamu tahu, itu pertama kali kita menjalin hubungan diam diam. Kamu masih bersama dia dan hubunganmu yang bermasalah. Dan aku, sendiri. Lamban laun, kamu menyelesaikan hubungan itu dan menjalani hubungan dengan ku tanpa harus diam diam lagi, orang orang kantor pun tahu. Aku tahu, resiko ku saat itu sangat besar, mengambil seseorang yang bukan milikku. Tapi saat itu, dengan segala usaha yang kamu lakukan, berhasil meluluhkan hati seorang nourmalita zianisa. Aku juga teringat, betapa aku masih egois untuk bergantung sama kamu, semuanya harus sama kamu. Survey kost2an saat itu, kondangan, apapun, padahal aku tahu, bergantung itu tidak baik, dan terbukti saat ini, waktupun belum bisa menyembuhkan atau melupakan semua kenangan itu. Karena belum ada kenanga lainnya yang akan menimpaya. Ditambah, kamu yang setiap minggu menjemputku ketika kita mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Yan...

Manusia terbaik yang pernah kumiliki

Juli, tahun 2016..                  Kamu membawaku ke sebuah kedai kopi di pinggir jalanan pasar minggu. Setelah pulang kantor di hari itu, kamu menjemputku di halte yang tidak jauh dari kantor, bersembunyi demi menjaga hati yang saat itu masih kamu jaga.   "Mau pesan apa?" tanyamu. Sembari melipat jaket merahmu yang super tebal itu. Aku hapal banget jaket merah itu, jaket yang selalu kamu gunakan ketika kamu on duty .   "Hmm, hazelnut deh coba, es yah. Aku lagi enggak mau begadang malam ini. Mau yang ringan ringan aja." kataku, menjelaskan.   Tidak lama setelah itu, kamu pun memesan minuman kopi untuk   berdua kepada barista yang ada di situ sekaligus membayarnya. Lalu kembali ke tempat kita duduk, di sisi pojok menuju pintu keluar kedai itu.   "Jadi kamu mau ngomongin apa?" tanyaku. Sambil memasang muka sejutek-juteknya. "Jangan jutek gitu dooong ndut , kamu makin ...

more than this

I’m broken, do you hear me? I’m blinded, ‘cause you are everything I see, I’m dancin’ alone, I’m praying, That your heart will just turn around, And as I walk up to your door, My head turns to face the floor, ‘Cause I can’t look you in the eyes and say, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, Can love you more than this If I’m louder, would you see me? Would you lay down In my arms and rescue me? ‘Cause we are the same You save me, When you leave it’s gone again, And then I see you on the street, In his arms, I get weak, My body fails, I’m on my knees, Prayin’, When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right, ‘Cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down, I might just die inside, It just don’t feel right, ‘Cause I can love you more than thi...