Lets taKe a wefie |
Happy Wedding Day Rini & Mas Dani |
Sabtu kemarin saya mendatangi sebuah undangan pernikahan kawan Jilsyaar saya di perumahan Wisma Asri, Bekasi. Namanya Rini, seumuran dengan saya tapi secara pribadi menurut saya dia sudah sangat sangat siap dengan pernikahan, dan memang kan?
Akhirnya dia memutuskan untuk menikah setelah setahun lulus dari perkuliahan. Rini ini lulusan diploma, makanya saya bilang setahun setelah dia lulus.
Terkaget-kaget sebenarnya enggak juga, hanya merasa takjub sekaligus iri (sedikit) karena di usia yang masih sangat muda dia sudah berhasil menyempurnakan setengah dari agamanya. Sedangkan saya belum. Tapi tak apa, Allah sudah mengatur semuanya, termasuk dengan jodoh. Mungkin Dia belum mengizinkan saya untuk bertemu jodoh saya saat ini karena dari diri saya sendiri masih banyak yang harus diperbaiki (eh malah curhat. He..he).
Balik lagi ke Rini, anaknya sopan sekali, berkerudung pun sudah konsisten dengan ke-syari-annya selama di kampus. Sederhana dan selalu siap kapanpun untuk menghadiri silahturAdghim dimanapun ketika ia memang diundang. Kapan ya saya terakhir bertemu dengan dia? Oh iya, tepat setahun lalu, di acara pengajian bulanan di rumah saya sekaligus hari ulang tahun saya :’) Ketika itu, ia hadir ke rumah saya meskipun dia lelah sehabis kerja. itulah kenapa saya tidak bisa lupa dengan dia walaupun kami jarang sekali berkomunikasi. Balik lagi ke prosesnya yang terhitung sangat kilat, bahkan saya tidak pernah mendengar dia pacaran dengan siapapun, ternyata ya memang mereka menikah tanpa proses berpacaran. Ini yang membuat saya salut berkali kali. Sampai saya bilang ke Fuji, sahabat saya tanpa bermaksud menyinggung “Kamu engga iri ji sama Rini, dia menikah tanpa pacaran bertahun-tahun?” (Maaf ya ji, saya benar benar merasa bersalah sekarang).
Dengar-dengar, suaminya saat ini adalah teman kerjanya. Dan mereka memang sudah berteman lama. Mungkin pertemanan sudah cukup kali ya menjadi ajang perkenalan dua insan yang saling tertarik untuk terhindar dari dosa, meskipun begitu mungkin suaminya saat itu “nembak” dan Rini menyuruhnya mengatakan kepada orang tuanya secara langsung alias melamar.
Subhanallah.
Saya benar benar yakin kalau jodoh emang sesuai dengan diri kita sendiri. Rini berprinsip seperti itu di”iyakan” oleh suaminya saat itu. Huhuhuhu..
Menurut saya itu sangat kereeeeeen. Dan saya harus belajar dari Rini, mempunyai prinsip seperti itu. Biar langsung dilamar, bukan diajak pacaran seperti dulu dulu. Hufh, yah semoga semogaa semogaaa :)
Tapi ya sudahlah, pernikahan bukan ajang perlombaan, dulu-duluan. Siapa yang menang dialah yang laku dan lain lain alasan yang bisa menjerumuskan ke dalam pernikahan itu sendiri.
Pernikahan lebih kepada ikatan perjanjian dua anak manusia kepada Sang Khalik untuk tetap bersama dan saling menjaga serta menjalani kehidupan.
Pernikahan pun sebagai ladang ibadah yang jika keikhlasan tidak ada di dalamnya, maka pernikahan tersebut tiada berarti. Oleh karena itu, mari belajar ilmu ikhlas. Saya tidak bisa merangkai kata kata lagi mengenai pernikahan itu sendiri. Tapi, pernikahan itu bisa menjadi kebahagiaan atau malah menjadi penderitaan jika tidak dilandasi niat yang baik dari awalnya. Dan dengan cara yang baik pula.
Makanya saat ini saya benar benar mau memperbaiki niat saya serta cara saya menyongsong pernikahan itu sendiri. Hmm.. Saya seneng sih melihat teman teman yang sudah menikah, auranya sudah beda. Udah gitu, kemana mana pasti ditemani suaminya, dan yang menjadi pertanyaan buat pasangan yang baru menikah sih biasanya “Sudah isi belum?” Ahahhaha.
Seperti perkataaan teman saya kemarin, Dina yang baru saja menikah pula kurang lebih sebulan lalu. Dia mengeluhkan adanya pertanyaan-pertanyaan macam itu sekarang yang ditujukan kepadanya walaupun saat ini dia dan suaminya memang sedang dalam usaha program punya baby (Oke, makin iri saya. Hu..hu..).
Makanya, dia pun sering bertanya-tanya mengenai akhwat yang sebelumnya menikah, apakah sudah isi atau belum.
Hufft. Kok saya enggak ditanya sih, padahal kan saya juga sudah isi. Isinya lemak tapi.
Yah begitulah, saya dikelilingi perempuan perempuan muda yang sudah menikah :3
Yah, pernikahan Rini kemarin juga menjadi ajang silahturrahim saya dengan Jilsyaar yang lain di sana. Sudah setahun pula saya tidak bersua dengan mereka dan akhirnya ketemu juga dengan Rozzi, Asep, Andri, Dwiki, Zaenal dan Linda. Seharusnya sih kemarin ada Vya, Laras, Fidel dan Puput tapi yang akhwat malah meninggalkan saya dan Linda ketika kami datang. Hiks.. sedih. Linda sih enak, dia masih bisa ngobrol dengan adik kelas akhwat angkatan 2011 yang kebetulan diundang pula oleh Rini, nah saya? Akhirnya saya banyak ngorbrol saya Ikhwannya. Mereka ga berubah dari dulu :’)
Tetap usil, jahil, kocak, seru dan... tetap sopan. Auranya juga berubah haha. Udah pada kerja sih ya beda dulu mungkin pas masih kuliah. Sempet ledek-ledekan juga, makanya obrolan kami seru. Agak terkejut juga ketika tau Rozzi mengetahui hubungan saya dengan salah satu Jilsyaar ketika masa masa awal kuliah. (Tengsin beraaaaat nih) So far, selama saya datang berkumpul dengan Jilsyar sih, mantan saya itu enggak pernah hadir, jadi tenang tenang saja. Hihihi.. Sudahlah, masa lalu .
Alhamdulillah waktu selama tiga jam kemarin cukup membuat saya merasa “terisi” kembali. Hmm, karena ajang silahturrahim ternyata benar benar efektif untuk me-re-charge iman saya, terutama dengan yang bermanfaat. Mungkin ada baiknya saya memasukan silahturrahim ke kawan kawan lama saya ke dalam salah satu resolusi tahun ini hihi. Dan untuk bukti saya kemarin benar benar datang ke acara pernikahannya Rini, akhirnya saya foto foto disana. Hhahaha, enggak ketinggalan dongs..
Rozzi-Zaenal-Iif (Suami Dina)-Dani-Rini-Dina-Saya-Linda-Asep |
Komentar
Posting Komentar